Foto mecingklak Balibangolnews,- Mecingklak merupakan sebuah permainan menggunakan batu krikil yang dilakukan oleh satu orang atau lebih, dengan menggunakan beberapa batu, pemain berusaha mengambil batu-batu tersebut dengan cara tertentu. Mendengar kata mecingklak sontak saya teringat ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) yang saat itu sangat senang sekali dengan permainan ini permainan ini sebetulnya mengadu ketangkasan kita dalam mengambil batu dengan memantulkan batu lainnya ke atas kemudian di ambil kembali dan tidak jatuh ke tanah atau lantai, ada beberapa istilah yang seeing kita katakan waktu beemain, sepeeti Gujir, ngetog, ngencet, gosekan dan masih banyak istilah lagi yang teekadang membuat kita tertawa teebahak - bahak teekadang juga membuat kita merasa emosi namun itulah tingkat keasikannya. Batu krikil untuk mecingklak Namun seiring dengan berjalannya waktu dan teknologi permainan ini sekarang sudah sulit kita jumpai di mainkan oleh anak-anak karena
Haywa amuja bebanten, kalangkahin tajeg Sang Hyang Aditya asuk juga kawengania, apan yan tajeg Sang Hyang Surya, Dewata amoring swarga. (Petikan Lontar Sunarigama) Maksudnya: Janganlah mengaturkan bebanten (Kuningan) setelah lewat tengah hari. Kalau sampai lewat tengah hari maka para Dewata telah kembali ke sorga. Foto by bangol Balibangolnews, Budaya,- UMAT Hindu di Nusantara menyelenggarakan upacara Hari Raya Kuningan pada waktu pagi hari sebelum matahani tegak atau tengah hari. Mengapa demikian? Umumnya umat kebanyakan mengatakan agar jangan ketemu dengan Dewa Berung. Padahal tidak ada konsep Agama Hindu yang menyatakan bahwa Dewa itu bisa berung atau luka di badannya. Pandangan yang salah itu mungkin pada awalnya berasal dan orang yang berpengaruh tetapi tidak begitu paham akan ajaran atau petunjuk tentang perayaan Galungan dan Kuningan. Perayaan Kuningan dilakukan pagi hari karena hari raya tersebut adalah simbol hari anugerah Tuhan atas perjuangan umat menegakka