6 May 2017

Cerita Drama Tari "ALAS DURGA LAYA"


Ni Puyung Sugih, Ajian Pudak Setegal

Foto by Bangol
Diceritakan seorang janda bernama Ni Simbar Mas memiliki seorang putri, Ni Luh Puyung Sugih. Ni Simbar Mas tinggal di Alas Durga Laya. Ia begitu teguh dalam melaksanakan bakti, tapa, brata, yoga samadi, selalu memuja Ida Sanghyang Widhi. Ia juga sangat ditakuti oleh masyarakat sekitar karena memiliki ilmu pengeleakan/ ilmu hitam atau yg sering disebut pengiwa. Banyak orang-orang dari berbagai penjuru datang untuk berguru pada Ni Simbar Mas. Namun demikian setiap Ni Simbar Mas memikirkan kehidupan anaknya, rasa sedih akan menyelimuti hatinya.

Walau demikian, sebagai orang tua, ia tetap menyayangi anaknya. Ni Simbar Mas tak pernah henti menasehati agar tidak selalu mempergunakan Pudak Setegal untuk mencari pasangan karena semu adanya. Nama baik keluarga harus dijunjung tinggi agar tidak dicap sampah dalam masyarakat. Bakti adalah rasa menyayangi antara orang tua dengan anak pun sebaliknya. Rwa Bhineda akan selalu hidup berdampingan.

Ni Luh Puyung Sugih, anak semata wayang Ni Simbar Mas. Ia nampak memiliki paras yang cantik. Tidak ada wanita yang mampu menyamai kecantikannya. Ini dikarenakan ia mempergunakan ilmu Pudak setegal dalam mencari pasangan. Ni Luh Puyung Sugih sudah beberapa kali menikah dan tak satupun umur pernikahannya berlangsung lama. Hal inilah pulalah yang menjadi pemicu kegagalannya dalam berumah tangga.

I Gede Waras, duda dari Bang Waringin. Dulunya ia adalah suami dari Ni Luh Puyung Sugih. Entah kenapa I Gede Waras tiba-tiba teringat akan bekas istrinya. Sudah beberapa kali telah diberitahukan kepada Ni Luh Puyung Sugih agar kembali menjadi menjalin tali rumah tangga yang pernah terputus dulu, namun selalu ditolak. I Gede Waras marah, harga diri terasa diinjak-injak. Ia pun berjanji bahwa Ni Luh Puyung Sugih akan dibuat kembali kehadapannya, tergila-gila kepada I Gede Waras. Segera I Gede Waras mencari balian, orang sakti yang mampu menciptakan guna-guna / pengasih-asih agar Ni Luh Puyung Sugih bisa kembali menjadi istri I Gede Waras.

Diceritakan, berkunjunglah I Gede Waras ke Alas Durga Laya menemui bekas istrinya. Ni Luh Puyung Sugih menolak kehadiran I Gede Waras karena mengaku sudah tidak memiliki perasan apa-apa lagi setelah perceraian itu. I Gede Waras merayu bahwa kedatangannya bukan untuk mengajaknya kembali bersuami istri tapi ia datang untuk berpamitan karena akan pergi jauh dan kebetulan dalam perjalanannya melewati alas Durga Laya, ia berpikir, kenapa tidak singgah untuk berkunjung, bertegur sapa untuk lebih mempererat rasa persaudaraan walau mereka sudah tidak menjadi suami istri lagi.

Ni Luh Puyung Sugih tidak mengetahui niat jahat yang terselubung, lantas menerima kehadiran I Gede Waras. Sikap ramah penuh kepalsuan, I Gede Waras memberikan makanan sebagai tanda rasa hormat kepada Ni Luh Puyung Sugih. Ia yang tidak menyadari bahwa makanan itu telah diisi guna-guna/ pengasih-asih menikmati makanan yang telah disajikan.

Tak berselang lama, Ni Luh Puyung Sugih merasa pening teramat sangat. Setelah sadar ia merasa tidak ingin jauh dari I Gede Waras. Di setiap arah matanya, ia hanya melihat I Gede Waras. Ia menjadi tergila-gila akan I Gede Waras seraya menyerahkan diri mengikuti kemanapun I Gede Waras pergi. sadar akan rencananya berhasil, I Gede Waras segera melarikan Ni Luh Puyung Sugih.


Ni Simbar Mas mendapat laporan tentang apa yang telah terjadi. Raut muka merah, ia marah luar biasa, tidak terima akan perlakuan terhadap Ni Luh Puyung Sugih. Melalui kemampuannya, ia mengetahui bahwa I Gede Waras dengan bantuan seorang balian telah mengguna-gunai / pengasih-asih Ni Luh Puyung Sugih. Segera Ni Simbar Mas mengumpulkan para sisya / murid, memerintahkan agar mencari keberadaan I Gede Waras dan membawa kembali Ni Luh Puyung Sugih. Bersama –sama mereka memohon anugrah Bhatari Durga untuk dapat mengalahkan I Gede Waras. Akibatnya banyak warga Bang Waringin yag menjadi korban kemarahan Ni Simbar Mas.

I Gede Waras mengetahui kejadian ini namun tidak mau bertanggung jawab. Ia memerintahkan anak buahnya untuk melapor ke Puri Bang Waringin bahwa terjadinya wabah penyakit yang melanda adalah ulah dari Ni Simbar Mas. Niat liciknya adalah mengadu domba antara Puri Bang Waringin dengan Ni Simbar Mas. Patih Karang Pandung sebagai maha patih yang bertanggung jawab akan keselamatan rakyat sudah mendengar kejadian yang melanda masyarakat. Ia mendapat laporan bahwa Ni Simbar Mas-lah yang menyebabkan wabah ini. Patih Karang Pandung murka, segera menuju ke Alas Durga Laya.

Ni Simbar Mas menyambut kedatangan Patih Karang Pandung dengan sangat ramah. Mereka saling memperkenalkan diri, bercakap-cakap dengan ramah pula. Sama-sama saling menghormati satu sama lain. Patih Karang Pandung mengutarakan maksud kedatangannya ke Alas Durga Laya bahwa rakyatnya di Bang Waringin telah dilanda wabah penyakit akibat dari ulah Ni Simbar Mas. Simbar Mas mengutarakan bahwa ia terlalu sakit hati akibat ulah I Gede Waras terhadap anaknya, Ni Luh Puyung Sugih. Selang beberapa waktu terjadi perdebatan diantara mereka. Sama-sama kukuh akan pendapat masing-masing, mereka memutuskan untuk saling menunjukkan kesaktian masing-masing. Adu kesaktian antara Ni Simbar Mas dengan Patih Karang Pandung tak terhindarkan.

Sumber, http://yannusa.blogspot.com

1 comment:

Mecingklak, Permainan Anak SD Tahun 90an Yang Habis Dimakan Jaman

Foto mecingklak Balibangolnews,- Mecingklak merupakan sebuah permainan menggunakan batu krikil yang dilakukan oleh satu orang atau le...