10 November 2017

Hari Raya Kuningan Menurut Lontar Sunarigama



Haywa amuja bebanten, kalangkahin tajeg Sang Hyang Aditya asuk juga kawengania, apan yan tajeg Sang Hyang Surya, Dewata amoring swarga.

(Petikan Lontar Sunarigama)

Maksudnya: Janganlah mengaturkan bebanten (Kuningan) setelah lewat tengah hari. Kalau sampai lewat tengah hari maka para Dewata telah kembali ke sorga.

Foto by bangol

Balibangolnews, Budaya,- UMAT Hindu di Nusantara menyelenggarakan upacara Hari Raya Kuningan pada waktu pagi hari sebelum matahani tegak atau tengah hari. Mengapa demikian? Umumnya umat kebanyakan mengatakan agar jangan ketemu dengan Dewa Berung. Padahal tidak ada konsep Agama Hindu yang menyatakan bahwa Dewa itu bisa berung atau luka di badannya. Pandangan yang salah itu mungkin pada awalnya berasal dan orang yang berpengaruh tetapi tidak begitu paham akan ajaran atau petunjuk tentang perayaan Galungan dan Kuningan.

Perayaan Kuningan dilakukan pagi hari karena hari raya tersebut adalah simbol hari anugerah Tuhan atas perjuangan umat menegakkan dharma yang disimbolkan dengan prosesi perayaan Galungan. Menurut ketentuan Bhagawad Gita XVII.20 bahwa anugerah atau pemberian suci itu harus diberikan berdasarkan desa kala patra. Desa artinya berdasarkan pertimbangan aturan rokhani setempat. Kala maksudnya anugerah itu diberikan saat waktu yang disebut Satvika Kala. Patra menurut Sarasamuscaya 271 adalah orang yang sepatutnya diberikan Daana Punia (Patra ngarania sang yogia wehana dana).

Pagi adalah tergolong waktu yang disebut Satvika Kala artinya hari yang tenang dan baik melakukan pekerjaan mulia seperti memberi atau menerima Daana Punia. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa Lontar Sunarigama menentukan bahwa upacara Kuningan harus dilakukan Sebelum matahari tegak atau sebelum tengah hari. Mereka yang dapat waranugraha saat Kuningan adalah mereka yang Patra artinya mereka yang baik yang berjuang meningkatkan diri berdasarkan dharma. Mereka yang berjuang itu disimbolkan dengan menghaturkan banten Tebog atau Selanggi pada hari raya Kuningan, di samping sudah melakukan prosesi Galungan sebelumnya. Banten Tebog dan Selanggi tersebut melambangkan perjuangan ke arah yang semakin baik dan benar menuju jalan Tuhan.s sumber, (https://hanyaadadibali.wordpress.com/2012/02/07/hari-raya-kuningan-2/#content)

Mecingklak, Permainan Anak SD Tahun 90an Yang Habis Dimakan Jaman

Foto mecingklak Balibangolnews,- Mecingklak merupakan sebuah permainan menggunakan batu krikil yang dilakukan oleh satu orang atau le...