Jeruk Kintamani Diserang White Fly, Ini Kata Peneliti Unud
Dr. Putu Sudiarta - Peneliti Universitsa Udayan
Petani jeruk di Kintamani akhir-akhir ini resah karena tanaman mereka rusak. Daun tanaman Nampak mengkerut dan diselimuti embun hitam yang biasa disebut embun jelaga (Sooty mold). Tak hanya itu, bercak-bercak berwarna kekuningan hampir menutupi sebagaian permukaan daun dan buah tanaman jeruk di Desa Pengotan, Kecamatan Kintamani, Bangli. Suara Bali mencoba untuk berdiskusi dengan salah seorang Peneliti muda Universitas Udayana, I Putu Sudiarta, Kamis 12 Februari 2015. Menurutnya petani di Desa tersebut khawatir dengan dengan bercak kekuningan yang mengganggu tanaman tersebut. Petani juga kebingungan untuk melakukan pengendalian kareana penyebabnya tidak diketahui. Hingga tim reaksi cepat penanggulangan OPT, dari Pusat Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura LPPM Universitas Udayana turun langsung pada tanggal 8 Februari 2014. Mereka yakni Prof Dr. I Made Sudana, Dr. Dewa Nyoman Nyana, Dr. G.N. Alit Susanta Wirya, dan Dr. I Putu Sudiarta untuk mengambil sampel tanaman dan melakukan analisa awal terhadap gejala penyakit yang muncul. Apa Sebenarnya yang terjadi? Menurut Putu Sudiarta, jeruk di Kintamani terserang oleh Kutu Putih (Whitefly) dari genus Dialeurodes. Berdasarkan publikasi dari Ifas Extention University of Florida hama ini tersebar di beberapa Negara yakni Barbados, Brazil, Bermuda, China, Cuba, Hong Kong, Jamaica, Japan, Malaysia, Puerto Rico, Trinidad, Venezuela, Vietnam, and the United States. Dalam rilis tersebut tidak dijelaskan adanya penyebaran kutu putih di kawasan Indonesia. (Rilis bisa dilihati disini)“Jeruk terserang oleh Kutu Putih. Dari distribusi ini belum kita temukan di Indonesia, kalau dari laporan ini. mungkin paling dekat itu ada di Malaysia,” ujarnya. Dalam kesempatan tersebut, Suara Bali diberi kesempatan untuk mengamati secara langsung sampel hama yang menempel di daun jeruk yang diambil dari petani. Dalam pengamatan tersebut, Nampak kemiripan antara rilis yang dikeluarkan dengan University of Florida dengan hama yang ada di daun tamanan jeruk itu. Hama Kutu Putih yang menyerang Jeruk Kintamani Apakah Hama Ini Berbahaya? Hama ini mengeluarkan Eskresi (kencing) serupa ekstrak madu yang menutupi daun. Menurut Putu kencing dari kutu putih itulah yang ditumbuhi jamur hitam yang disebut embun jelaga yang menutupi permukaan daun. “Ilustrasinya gamapng, sama seperti jamur hitam yang menutupi daun kamboja,” kataya. Embun Jelaga tersebut sesungguhnya secara langsung tidak berbahaya terhadap tanaman. Namun karena menutupi sebagian permukaan daun, maka akan mengganggu proses fotosintesis yang akhirnya menurunkan produksi tamanan. Selain itu biasanya serangga ini juga sebagai vector penyakit salah satunya virus dan sangat berbahaya karena hama ini berfungsi Ganda sebagai hama dan penyebar penyakit. “Tapi kita belum cek secara pastinya, apakah yang kita temui ini menyebarkan virus atau ngga? Virusny ada di dalam tubuh hama ini,” kata pria lulusan Jepang ini. Bagaimana Dengan Fenomena di Bangli? Meurut Putu Sudiarta, fenomena serangan Kutu Putih di Bangli agak berbeda. Sebabnya, bagian tanaman terutama daun ditumbuhi bintik kuning yang seperti jamur yang diidentifikasi sebagai musuh alami dari kutu putih (Entomopatogen). “Jamur itu secara langsung tidak berbahaya terhadap jeruk, karena dia yang memakan nimpa dari kutu putih ini. Ini tidak terlalu besar menutupi, sebenarnya menguntungkan petani karena sebagai pengendali alami dari hama itu,” katanya. Apakah ini Hama Baru di Indonesia? Mengenai hal itu, ia belum bisa memastikan apakah ini termasuk hama baru. Namun, yang menarik adalah adanya jamur yang menguntungkan tersebut dan belum pernah dilaporkan secara detail. “Itu perlu kajian lebih detail, apakah di Bali dan Indonesia sudah pernah ada atau tiak. Namun Negara yang paling dekat itu Malaysia suah ada laporannya berdasarkan rilis dari UF,” katanya. Bagaimana Mengendalikan Hama ini? Pengendalian sebenarnya secara alami sudah terjadi dengan adanya jamur berwarna kuning tersebut. Sehingga, Putu Sudiarta menyarankan agar petani tidak usah resah terkait fenomena itu. “Sebenarnya yang mau dikendalikan itu kan kutu putihnya, jamur itu menguntungkan petani. Yang berwarna kuning itu sebenarnya sudah mati, nanti daun barunya akan tumbuh bagus lagi,” katanya. Sedangkan kedepannya, yang harus digunakan untuk mengendalikan hama kutu putih tersebut adalah jamur itu. Caranya, dengan mengisolasi dan membiakan jamur tersebut di laboratorium kemudian menyemprotkan ke tanaman yang terserang oleh kutu putih. “Mungkin kurang tepat untuk melakukan pengendalian dengan pestisida,” katanya. Ia juga mengatakan, Jamur Entomopatogen tersebut juga akan hilang ketika kutu putih sudah hilang. “Entemopatogen tidak berbahaya bagi tanaman, jadi tidak usah khawatir jika kutunya sudah diserang oleh jamur. Kalau tidak mungkin saja akan kerugiannya besar,” Untuk menanggulanginya, ia menyarakan agar peneliti dan pemerintah duduk bersama membahas hal tersebut agar tidak menimbulkan kebingungan tentang cara pengendalian oleh petani. “Kalau dari kami sudah dipastikan kalau itu adalah kutu putih, kami juga sudah pastikan ke Amerika yakni Clemson University. Kami kirim foto dan hasilnya juga Entomopatogen, tinggal dipastikan spesiesnya,” kata pria asal Pancasari itu. (PHI)
No comments:
Post a Comment