22 March 2018

Mecingklak, Permainan Anak SD Tahun 90an Yang Habis Dimakan Jaman

Foto mecingklak


Balibangolnews,- Mecingklak merupakan sebuah permainan menggunakan batu krikil yang dilakukan oleh satu orang atau lebih, dengan menggunakan beberapa batu, pemain berusaha mengambil batu-batu tersebut dengan cara tertentu.

Mendengar kata mecingklak sontak saya teringat ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) yang saat itu sangat senang sekali dengan permainan ini permainan ini sebetulnya mengadu ketangkasan kita dalam mengambil batu dengan memantulkan batu lainnya ke atas kemudian di ambil kembali dan tidak jatuh ke tanah atau lantai, ada beberapa istilah yang seeing kita katakan waktu beemain, sepeeti Gujir, ngetog, ngencet, gosekan dan masih banyak istilah lagi yang teekadang membuat kita tertawa teebahak - bahak teekadang juga membuat kita merasa emosi namun itulah tingkat keasikannya.
Batu krikil untuk mecingklak

Namun seiring dengan berjalannya waktu dan teknologi permainan ini sekarang sudah sulit kita jumpai di mainkan oleh anak-anak karena sudah kalah dengan permainan moderen dalam genggaman yakni telepone pintar, bahkan tak jarang sekarang kita jumpai anak-anak dari berbagai kalangan umur hanya asik memainkan handponenya dalam auasana apapun bahkan sudah jarang beeinteraksi dengan teman disekitarnya.

Ayo mecinglak lagi sambil berswnda gurau dengan teman-teman mengenang masa-masa SD dulu..! (Wb/bb)

10 November 2017

Hari Raya Kuningan Menurut Lontar Sunarigama



Haywa amuja bebanten, kalangkahin tajeg Sang Hyang Aditya asuk juga kawengania, apan yan tajeg Sang Hyang Surya, Dewata amoring swarga.

(Petikan Lontar Sunarigama)

Maksudnya: Janganlah mengaturkan bebanten (Kuningan) setelah lewat tengah hari. Kalau sampai lewat tengah hari maka para Dewata telah kembali ke sorga.

Foto by bangol

Balibangolnews, Budaya,- UMAT Hindu di Nusantara menyelenggarakan upacara Hari Raya Kuningan pada waktu pagi hari sebelum matahani tegak atau tengah hari. Mengapa demikian? Umumnya umat kebanyakan mengatakan agar jangan ketemu dengan Dewa Berung. Padahal tidak ada konsep Agama Hindu yang menyatakan bahwa Dewa itu bisa berung atau luka di badannya. Pandangan yang salah itu mungkin pada awalnya berasal dan orang yang berpengaruh tetapi tidak begitu paham akan ajaran atau petunjuk tentang perayaan Galungan dan Kuningan.

Perayaan Kuningan dilakukan pagi hari karena hari raya tersebut adalah simbol hari anugerah Tuhan atas perjuangan umat menegakkan dharma yang disimbolkan dengan prosesi perayaan Galungan. Menurut ketentuan Bhagawad Gita XVII.20 bahwa anugerah atau pemberian suci itu harus diberikan berdasarkan desa kala patra. Desa artinya berdasarkan pertimbangan aturan rokhani setempat. Kala maksudnya anugerah itu diberikan saat waktu yang disebut Satvika Kala. Patra menurut Sarasamuscaya 271 adalah orang yang sepatutnya diberikan Daana Punia (Patra ngarania sang yogia wehana dana).

Pagi adalah tergolong waktu yang disebut Satvika Kala artinya hari yang tenang dan baik melakukan pekerjaan mulia seperti memberi atau menerima Daana Punia. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa Lontar Sunarigama menentukan bahwa upacara Kuningan harus dilakukan Sebelum matahari tegak atau sebelum tengah hari. Mereka yang dapat waranugraha saat Kuningan adalah mereka yang Patra artinya mereka yang baik yang berjuang meningkatkan diri berdasarkan dharma. Mereka yang berjuang itu disimbolkan dengan menghaturkan banten Tebog atau Selanggi pada hari raya Kuningan, di samping sudah melakukan prosesi Galungan sebelumnya. Banten Tebog dan Selanggi tersebut melambangkan perjuangan ke arah yang semakin baik dan benar menuju jalan Tuhan.s sumber, (https://hanyaadadibali.wordpress.com/2012/02/07/hari-raya-kuningan-2/#content)

16 September 2017

54 Tahun Tertidur Kini Gunung Agung Bergeliat, Berikut Sejarah Panjang Letusan Gunung Agung Bali



Balibangolnews, KARANGASEM,- Kini gunung Agung Bergeliat dan sudah diserukan dalam status waspada.

Gunung Agung punya sejarah panjang letusan. Berdasarkan catatan PVMBG, gunung dengan ketinggian 3.142 mdpl (meter diatas permukaan laut) ini pernah 4 kali meletus sejak 1800. Empat kali letusan itu terjadi pada 1808, 1821, 1843, dan terakhir adalah pada 1963.

Erupsi terakhir tahun 1963 terjadi sejak tanggal 18 Februari 1963, dan berakhir pada 27 Januari 1964. Erupsi bersifat magmatis. Letusan gunung itu pada tahun 1963 mengakibatkan 1.148 orang meninggal dan 296 orang luka-luka.

Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi, Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika mengatakan, sejak letusan terakhir pada tahun 1963, Gunung Agung belum pernah menunjukkan kenaikan aktivitas yang signifikan. Sejak tahun 1963 status gunung itu dipatok Aktif Normal. “Gak pernah naik satusnya dulu-dulu. Ini pertama kali (naik status) sejak 1963,” kata dia.

Menurut Gede, skenario bencana yang diantisipasi jika aktivitas gunung api itu terus naik adalah skenario letusan gunung itu pada tahun 1963. “Karakteristiknya kita mengacu pada letusan 1963, letusanya besar, kalau meletus,” kata dia.

Gede mengatakan, korban jiwa akibat letusan Gunung Agung pada 1963 itu akibat terkena awan panas. “Pada 1963 itu awan panas sampai ke utara, sampai ke pantai. Ke Tulamben, tempat wisata snorkling di situ,” kata dia.

Menurut Gede, jejak bekas awan panas dari letusan Gunung Agung itu masih terlihat. Dia menunjukkan foto satelit yang diambil dari Google Maps yang menunjukkan garis lekukan yang telrihat jelas dari puncak menuju pantai. “Ini bekas letusan masa lalu, masih kelihatan. Ini bekas awan panas,” kata dia.(sumber)

Meski Terdengar Ledakan Dan Gempa, Binatang Belum Turun Gunung



Balibangolnews, KARANGASEM,-Aktifitas Gunung Agung semakin terasa, terbukti malam tadi (14/9) sekitar pukul 23.00 wita terjadi gempa dan suara ledakan sebanyak dua kali yang diduga berasal dari kawah Gunung Agung.

“Semalam sempat gempa dan terdengar suara ledakan sebanyak dua kali,” ujar Mangku Pasek yang juga sebagi guide pendaki Gunung Agung.

Menurutnya, meskipun terdengar cukup jelas, namun warga sekitar belum terlalu panik. Ini dikarenakan masyarakat diareal Gunung Agung memiliki semacam kepercayaan yaitu apabila binatang penghuni hutan seperti monyet, rusa dan burung sudah turun Gunung, itu baru dipercaya sebagai tanda bahwa Gunung Agung sudah akan meletus. Saat itulah warga tanpa diperintahkan akan langsung mengungsi.
Sumber, https://www.balipuspanews.com/ketika-binatang-turun-gunung-diyakini-pertanda-gunung-akan-meletus.html

6 May 2017

Cerita Drama Tari "ALAS DURGA LAYA"


Ni Puyung Sugih, Ajian Pudak Setegal

Foto by Bangol
Diceritakan seorang janda bernama Ni Simbar Mas memiliki seorang putri, Ni Luh Puyung Sugih. Ni Simbar Mas tinggal di Alas Durga Laya. Ia begitu teguh dalam melaksanakan bakti, tapa, brata, yoga samadi, selalu memuja Ida Sanghyang Widhi. Ia juga sangat ditakuti oleh masyarakat sekitar karena memiliki ilmu pengeleakan/ ilmu hitam atau yg sering disebut pengiwa. Banyak orang-orang dari berbagai penjuru datang untuk berguru pada Ni Simbar Mas. Namun demikian setiap Ni Simbar Mas memikirkan kehidupan anaknya, rasa sedih akan menyelimuti hatinya.

Walau demikian, sebagai orang tua, ia tetap menyayangi anaknya. Ni Simbar Mas tak pernah henti menasehati agar tidak selalu mempergunakan Pudak Setegal untuk mencari pasangan karena semu adanya. Nama baik keluarga harus dijunjung tinggi agar tidak dicap sampah dalam masyarakat. Bakti adalah rasa menyayangi antara orang tua dengan anak pun sebaliknya. Rwa Bhineda akan selalu hidup berdampingan.

Ni Luh Puyung Sugih, anak semata wayang Ni Simbar Mas. Ia nampak memiliki paras yang cantik. Tidak ada wanita yang mampu menyamai kecantikannya. Ini dikarenakan ia mempergunakan ilmu Pudak setegal dalam mencari pasangan. Ni Luh Puyung Sugih sudah beberapa kali menikah dan tak satupun umur pernikahannya berlangsung lama. Hal inilah pulalah yang menjadi pemicu kegagalannya dalam berumah tangga.

I Gede Waras, duda dari Bang Waringin. Dulunya ia adalah suami dari Ni Luh Puyung Sugih. Entah kenapa I Gede Waras tiba-tiba teringat akan bekas istrinya. Sudah beberapa kali telah diberitahukan kepada Ni Luh Puyung Sugih agar kembali menjadi menjalin tali rumah tangga yang pernah terputus dulu, namun selalu ditolak. I Gede Waras marah, harga diri terasa diinjak-injak. Ia pun berjanji bahwa Ni Luh Puyung Sugih akan dibuat kembali kehadapannya, tergila-gila kepada I Gede Waras. Segera I Gede Waras mencari balian, orang sakti yang mampu menciptakan guna-guna / pengasih-asih agar Ni Luh Puyung Sugih bisa kembali menjadi istri I Gede Waras.

Diceritakan, berkunjunglah I Gede Waras ke Alas Durga Laya menemui bekas istrinya. Ni Luh Puyung Sugih menolak kehadiran I Gede Waras karena mengaku sudah tidak memiliki perasan apa-apa lagi setelah perceraian itu. I Gede Waras merayu bahwa kedatangannya bukan untuk mengajaknya kembali bersuami istri tapi ia datang untuk berpamitan karena akan pergi jauh dan kebetulan dalam perjalanannya melewati alas Durga Laya, ia berpikir, kenapa tidak singgah untuk berkunjung, bertegur sapa untuk lebih mempererat rasa persaudaraan walau mereka sudah tidak menjadi suami istri lagi.

Ni Luh Puyung Sugih tidak mengetahui niat jahat yang terselubung, lantas menerima kehadiran I Gede Waras. Sikap ramah penuh kepalsuan, I Gede Waras memberikan makanan sebagai tanda rasa hormat kepada Ni Luh Puyung Sugih. Ia yang tidak menyadari bahwa makanan itu telah diisi guna-guna/ pengasih-asih menikmati makanan yang telah disajikan.

Tak berselang lama, Ni Luh Puyung Sugih merasa pening teramat sangat. Setelah sadar ia merasa tidak ingin jauh dari I Gede Waras. Di setiap arah matanya, ia hanya melihat I Gede Waras. Ia menjadi tergila-gila akan I Gede Waras seraya menyerahkan diri mengikuti kemanapun I Gede Waras pergi. sadar akan rencananya berhasil, I Gede Waras segera melarikan Ni Luh Puyung Sugih.


Ni Simbar Mas mendapat laporan tentang apa yang telah terjadi. Raut muka merah, ia marah luar biasa, tidak terima akan perlakuan terhadap Ni Luh Puyung Sugih. Melalui kemampuannya, ia mengetahui bahwa I Gede Waras dengan bantuan seorang balian telah mengguna-gunai / pengasih-asih Ni Luh Puyung Sugih. Segera Ni Simbar Mas mengumpulkan para sisya / murid, memerintahkan agar mencari keberadaan I Gede Waras dan membawa kembali Ni Luh Puyung Sugih. Bersama –sama mereka memohon anugrah Bhatari Durga untuk dapat mengalahkan I Gede Waras. Akibatnya banyak warga Bang Waringin yag menjadi korban kemarahan Ni Simbar Mas.

I Gede Waras mengetahui kejadian ini namun tidak mau bertanggung jawab. Ia memerintahkan anak buahnya untuk melapor ke Puri Bang Waringin bahwa terjadinya wabah penyakit yang melanda adalah ulah dari Ni Simbar Mas. Niat liciknya adalah mengadu domba antara Puri Bang Waringin dengan Ni Simbar Mas. Patih Karang Pandung sebagai maha patih yang bertanggung jawab akan keselamatan rakyat sudah mendengar kejadian yang melanda masyarakat. Ia mendapat laporan bahwa Ni Simbar Mas-lah yang menyebabkan wabah ini. Patih Karang Pandung murka, segera menuju ke Alas Durga Laya.

Ni Simbar Mas menyambut kedatangan Patih Karang Pandung dengan sangat ramah. Mereka saling memperkenalkan diri, bercakap-cakap dengan ramah pula. Sama-sama saling menghormati satu sama lain. Patih Karang Pandung mengutarakan maksud kedatangannya ke Alas Durga Laya bahwa rakyatnya di Bang Waringin telah dilanda wabah penyakit akibat dari ulah Ni Simbar Mas. Simbar Mas mengutarakan bahwa ia terlalu sakit hati akibat ulah I Gede Waras terhadap anaknya, Ni Luh Puyung Sugih. Selang beberapa waktu terjadi perdebatan diantara mereka. Sama-sama kukuh akan pendapat masing-masing, mereka memutuskan untuk saling menunjukkan kesaktian masing-masing. Adu kesaktian antara Ni Simbar Mas dengan Patih Karang Pandung tak terhindarkan.

Sumber, http://yannusa.blogspot.com

19 April 2017

Apa Sebenarnya Ujud Asli Barong Ket Atau Ket-Ket

Barong Ket

Balibangolnews, BUDAYA,- Banyak orang yang tidak begitu paham dengan apa sebenarnya ujud asli dari Barong ket tersebut, tidak seperti Barong lainnya yang dengan jelas sudah bisa kita tebak sesuai namanya seperti Barong Macan, Barong Bangkal dan yang lainnyalainnya.

Barong ket juga sering dikatakan perujudan dari seekor kucing banyak orang yang menyebutnya demikian dikarenakan diambil dari bahasa Inggris yaitu Cat yang artinya kucing namun tidak begitu banyak orang yang meyakininya kalau ujud barong ket ini sebetulnya adalah kucing.

Sedangkan Barong menurut Kamus Bali-Indonesia (Warna, 1993: 63) merupakan perwujudan binatang mitologi sebagai lambang kebenaran untuk melawan kekuatan kebatilan yang merusak. Menurut Kardji (1993: 53) kata barong berasal dari kata Sanskerta “b(h)arwang“, yang berarti bear (dalam bahasa Inggris) atau binatang beruang (dalam bahasa Indonesia).


Sedangkan Zoetmulder, 1995: 112; Titib, 2001: 417 berpendapat bahwa kata barong berasal dari bahasa Jawa Kuna “barwang” yang berarti beruang, beruang madu (Ursus malayanus). Kata barwang ini dapat ditemui dalam kitab Ramayana (12.61), Sumanasantaka (159.3), Sutasoma (95.6), Arjuna Wijaya (10.14).
Dalam kitab Sutasoma (131.1c) dan Bharatayuddha (9.3; 46.14) ada ditemukan kalimat singha barwang
alayu, yang sering dikombinasi menjadi singha barong.


Menurut wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Ponorogo, Barong bali dipercaya sebagai metamorfosis dari barong ponorogo atau Reog, oleh raja Airlangga saat mengungsi ke pulau Bali untuk menyelamatkan diri. selain barong ponorogo yang dibawa ke bali, melainkan juga seperti seni sastra, aksara jawa, serta keagamaan.

Dalam perkembangannya barong ponorogo di rubah bentuk dan cerita sesuai kondisi masyarakat di bali yang diperuntukan untuk kegiatan spiritual keagamaan.

Pengaruh yang di dapat pada barong Bali bisa di lihat pada bentuk barong ponorogo saat tampil tanpa mahkota merak (Kucingan) dan pada Topeng Rangda yang mendapat pengaruh dari topeng bujang ganong. Serta kelompok orang orang yang mendalami ilmu kesaktian pada orang tua yang mendapat pengaruh pada perilaku kegiatan nyata warok muda dan warok tua yang sakti mandraguna yang saat ini masih terjaga di Ponorogo, meskipun kegiatan tersebut saat ini tertutup untuk kalangan tertentu.

Dengan begitu, muncul jenis barong bali dengan berbagai kepala hewan seperti Babi, Gajah, Anjing dan Burung yang menjadi kebanggaan tiap-tiap kota di bali.




Barong Ket atau Barong Keket adalah barong yang paling banyak terdapat di Bali dan paling sering dipentaskan.

Jadi Barong Ket memiliki perpaduan bentuk antara singa, macan,sapi dan naga. Badan barong ini dihiasi dengan kulit dengan ukiran indah dan kaca cermin kecil yang berkilauan ketika tertimpa cahaya. Bulu Barong Ket terbuat dari kombinasi serat daun pandan dan ijuk. Ada pula yang mengganti ijuk dengan bulu burung gagak.

Barong Ket ditarikan oleh dua orang penari yang disebut Juru Saluk atau Juru Bapang. Juru Bapang pertama menarikan bagian kepala, sedangkan yang satunya di bagian ekor. Dalam pertunjukkan, Barong Ket ditarikan berhadapan dengan Rangda, yaitu sosok seram yang melambangkan adharma (keburukan). Pertempuran Barong Ket dan Rangda melambangkan pertempuran abadi andara dharma dan adharma (rwa bhineda) di alam semesta. Tari Barong Ket diiringi dengan gamelan Semar Pagulingan.

Diambil dari berbagai sumber

6 March 2017

Lagi, PASAR KIDUL BANGLI TERBAKAR



Balibangolnews, BANGLI - Baru saja para pedagang direlokasi ke dalam pasar kini pasar kidul Bangli kembali terbakar, Puluhan kios di lantai 2, Pasar Kidul, Bangli ludes dilahap si jago merah Senin (6/3/2017) sekitar pukul 04.00 Wita. Sebagian besar kios yang terbakar, rata-rata menjual keperluan upacara Yadnya.

Kapolres Bangli, AKBP Danang Beny K mengatakan, ada 25 kios yang terbakar di Pasar Kidul, Bangli. Dugaan sementara, api berasal dari lantai 2 sebelah pojok Timur Laut. Tepatnya  dari ruko milik Ida Bagus Aji yang menjual alat-alat untuk upacara keagamaan. “Sejauh ini ada 25 kios yang terbakar. Apinya sudah padam dan saat ini sedang pendinginan," ujarnya.

Danang menjelaskan, untuk memadamkan api dikerahkan 6 unit mobil pemadam kebakaran dari Bangli dan Gianyar. Penyebab kebakaran diperkirakan akibat hubungan pendek arus listrik (korsleting). "Dugaan sementara ada korsleting listrik dalam kios tersebut," katanya.

Danang menambahkan, kerugian akibat kebakaran belum diketahui karena saat ini pihak kepolisian masih meminta keterangan saksi-saksi. "Kami masih mengumpulkan saksi-saksi dan menghitung jumlah kerugian korban," pungkasnya.(sumber)

Mecingklak, Permainan Anak SD Tahun 90an Yang Habis Dimakan Jaman

Foto mecingklak Balibangolnews,- Mecingklak merupakan sebuah permainan menggunakan batu krikil yang dilakukan oleh satu orang atau le...