Skip to main content

Bukan Uang, Tapi Inilah Modal Utama LPD di Bali


Balibangol news,- Guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud), I Wayan Suartana menegaskan, modal utama Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang ada di tiap-tiap desa adat atau desa pakraman di Bali bukanlah dalam bentuk uang, tetapi justru modal sosial yang sifatnya tidak terukur, seperti semangat, kerja keras, keikhlasan, kebersamaan dan gotong-royong yang dijiwai oleh agama Hindu dan kearifan lokal masyarakat Bali. Modal sosial ini pula yang menjadi kunci kesuksesan LPD hingga seperti sekarang. Karena itulah, LPD memiliki karakter sebagai lembaga keuangan yang khas berbasis adat Bali yang jauh berbeda dengan lembaga keuangan umum, seperti bank atau pun koperasi.

“Kalau kita cermati dengan baik, rata-rata modal awal LPD hanya Rp 2 juta hingga Rp 4 juta. Itu tidak ada artinya dibandingkan modal sosial yang dimiliki krama desa adat selaku pendukung utama LPD,” kata Suartana.

I Wayan Suartana berpendapat struktur modal LPD merupakan salah satu ciri penting kekhususan LPD yang membuatnya berbeda dengan entitas lembaga keuangan umum lainnya. Menurutnya, struktur modal LPD bersifat unik, yakni tidak ada modal yang berasal dari perorangan atau lembaga. Modal LPD bersifat modal komunitas.

“Kalau Perseroan Terbatas (PT), Comanditaire Venootschap (CV) maupun koperasi itu, modalnya berasal dari perorangan. Bila perusahaan untung, pemilik modal mendapatkan deviden atau sisa hasil usaha untuk koperasi. Kalau di LPD, tidak ada modal yang berasal dari perorangan dan hasil pengelolaan usaha LPD tidak ada dibagi kepada krama tetapi menjadi manfaat sosial budaya bagi komunitas,” kata Suartana yang dikenal sebagai “Profesor LPD”.

Suartana pun meluruskan pandangan yang disebutnya keliru mengenai struktur permodalan LPD. Tak sedikit yang berpandangan modal LPD berasal dari pemerintah yang diberikan saat pendirian LPD. Padahal, desa adatlah yang menanamkan modal lebih besar, mulai dari tanah atau gedung tempat beroperasinya LPD hingga modal sosial.

“Dana pemerintah di LPD itu pun, kalau dipelajari baik-baik, bukanlah modal setor seperti layaknya perbankan. Itu adalah modal donasi sebagai wujud pengayoman dan motivasi pemerintah kepada masyarakat adat Bali agar kemudian mandiri dari sisi keuangan desa adat melalui LPD,” kata Suartana.

Itu sebabnya, tidak tepat jika ada pandangan yang menyebutkan dana LPD adalah uang negara. Dana LPD sepenuhnya merupakan dana masyarakat komunitas adat Bali di desa adat atau desa pakraman.

Pandangan Suartana ini didukung peneliti LPD dari Unud, Ketut Sujana. Menurut penelitian Sujana, modal sosial LPD ini disebut niskama karma yang berupa nilai-nilai kearifan lokal yang tidak ternilai harganya. Modal sosial inilah yang mejadi fondasi kuat LPD sehingga membuatnya bisa lebih berkembang dibandingkan lembaga keuangan lainnya. Karena itu, kata Sujana, penilaian kinerja LPD tidak bisa lagi menggunakan pengukuran lembaga keuangan umum, tetapi harus dibuat pengukuran kinerja yang khas LPD yang mengadopsi aspek niskama karma itu.

Karena itu, menurut keduanya, Dewan LPD yang baru saja dibentuk Majelis Utama Desa Pakraman Bali sebagai implementasi UU Nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) memiliki tugas cukup berat. Lembaga ini tidak saja harus menyiapkan sistem keuangan komunitas adat khas Bali yang kokoh, tetapi tantangan yang tak kalah berat lagi, mendorong para pengelola LPD di Bali yang umumnya masih berpikir dalam kerangka lembaga keuangan umum, bahkan perbankan, mau mengubah cara pandang dalam kerangka lembaga keuangan komunitas adat Bali.

Karena sistem keuangan adat khas Bali yang hendak dibangun berakar pada kearifan lokal Bali sendiri, seyogyanya harapan itu bisa diwujudkan. Kuncinya hanya satu, semua pemangku kepentingan LPD di Bali mau menyisihkan dulu kepentingan pribadinya lalu bersatu dalam semangat yang sama: mewujudkan kemandirian dan ketahanan budaya Bali melalui LPD.(sumber)

Comments

Popular posts from this blog

KENAPA PANDITA MPU TAK BOLEH MUNGGAH DI PURA DASAR BHUWANA GELGEL, INI PENJELASAN DARI IDA PANDITA MPU JAYA PREMA ANANDA

Balibangol news,-Sebelumnya di media sosial ramai diperbincangkan mengenai larangan bagi Ida Pandita yang tidak diijinkan untuk muput di Bale Pemiyosan di Pura Dasar Bhuwana Gelgel. Pada saat itu Ida Pandita tidak diijinkan oleh salah seorang pemangku di Pura itu. Kali ini penjelasan mengenai Pura Dasar Bhuwana Gelgel datang dari Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda, hal ini terlihat dari postingan di akun facebooknya yang menulis, ” RAME SOAL SULINGGIH DI PURA DASAR BHUWANA (Postingan di bawah ini sudah diunggah di FB yang normal terpecah jadi 3 postingan mengomentari sebuah video yang mempertanyakan kenapa Pandita Mpu tak boleh munggah di Pura Dasar Bhuwana. Saya jadikan satu di halaman ini, semoga ada manfaatnya. Tujuannya, mari kita tak usah ribut2 soal “ngaturang bhakti”. Kalau ada pendapat lain, silakan, maklum ini kasus sudah sangat lama, mungkin informasi ada berbeda). Pura Dasar Bhuwana awalnya sekali dibangun oleh Mpu Dwijaksara pada tahun Saka 1189 atau tahun 1267 Ma

Aling-aling, Adalah Pembatas Angkul-angkul Dan Pekarangan, Berikut Fungsinya

Aling-aling dengan patung Ganesha Balibangol news, BUDAYA, Kita sering mendengar kata Aling - Aling, namun kita tidak pernah memahami apa sebetulnya makna yang terkandung dalam pembuatannya dan bila mana kita harus membuatnya?. Aling-aling  adalah pembatas antara angkul - angkul dengan pekarangan rumah maupun tempat suci yang berfungsi sebagai penetralisir dari gangguan negatif baik secara sekala maupun niskala. Dahulu di Bali, sebuah aling - aling oleh masyarakat umum, masyarakat biasanya menggunakan kelangsah (daun kelapa kering) atau kelabang mantri sebagai sarana proteksi dari kekuatan negatif dimana sulaman atau ulat-ulatan dari daun kelapa tersebut diletakkan pada aling-aling, namun ada yang menempatkan sebagai penghias aling-aling digunakan sebuah patung yang sebagaimana disebutkan dari kutipan Bale Bengong, patung untuk mempercantik arsitektur Bali. Sebagai pembatas antara angkul - angkul dan pekarangan rumah, biasanya ada yang menggunakan patung Ganesha sebagai si

KETUPAT BALI DAN FUNGSINYA

Membuat Ketupat khas Bali Secara umum ketupat berasal dari janur dan di anyam sampai berbentuk kotak pada kali ini mari kita mengulas sedikit keunikan ketupat di Bali. Mendengar kata Ketupat pasti kalian akan mengingat pasangannya yaitu sate, satenya tu dimana? Hehehe Berbeda dengan daerah lainnya , Bali mempunyai banyak nama Ketupat seperti di antaranya :  TIPAT BEKEL - Bentuknya sama sepeti ketupat pada umumnya yaitu seperti ketupat yang sering di jumpai saat lebaran, di Bali ketupat ini biasanya di pakai pada waktu upacara pernikahan upacara odalan namun tidak mengandung arti begitu penting yah namanya aja ketupat bekel dalam bahasa nasional adalah bekal seperti ( sebungkus nasi), cara membuatnya cukup gampang dengan mengambil smbil sbuah janur kemudian diraut bagian sisinya biar tipis kemudian hilangkan lidinya biarkan masih di bagian pangkal, janur siap untuk di sulap menjadi ketupat TIPAT TALUH - Bentuknya kecil dan mungkin paling kecil di antara ketupat lainnya b