30 December 2015

Kenapa Barong Disebut Betara? Ini Alasannya.

Barong sebagai Pelindung Desa 

Foto- Krama Langkan Melasti
Balibangol news, BUDAYA,- Banyak yang masih merasa kebingungan mengenai Betara Itu sendiri, dalam kepercayaan umat Hindu Bali Betara itu adalah segala sesuatu yang mereka yakini mempunyai kekuatan Magis atau simbul sebuah tempat suci sebagai Betara itu sebenarnya dalam penyebutan beberapa manifestasinya tuhan (Ida Sanghyang Widhi Wasa), karena umat hindu hanyalah mengakui satu Tuhan yaitu Ida Sanghyang Widhi wasa namun dalam implementasi sehari hari banyak umat yang menginflementasikan tuhan sebagai banyak manifestasi dalam perujudannya disebut berbeda beda seperti ketika kita bersembahyang di merajan kita menyebutnya Betara Guru dan juga ditempat2 lain semisal kita dalam menyungsung Due Barong di Pura.

Apakah Barong adalah Betara?

Barong adalah simbol daiwi sampad, dan rangda adalah simbol asuri sampad. Keduanya merupakan rwa-bhineda yang ada di jagat raya ini.

Jadi apa itu sebetulnya arti dari Betara?

Nah arti Betrara itu sendiri adalah yang "melindungi" jadi kekuatan kekuatan spiritual yang ada di dalam pura itu mereka sebut dengan Betara karena mereka melindungi kita dari mala bahaya, wabah penyakit.

Dan mungkin banyak dari kalian juga sering mendengar nama-nama Raja terdahulu juga disebut Betara, jadi sesuai dengan artinya mereka adalah yang nelindungi rakyatnya atau panjaknya pada masa terdahulu.

Jadi gimana masih bingung?

Dan ini sedikit penjelasan mengapa barong disebut Betara hasil petualangan yang dikutif dari sumbernya:

Umat Hindu di Bali memuja Sanghyang Widhi melalui barong dengan maksud agar selalu diberi kekuatan untuk mewujudkan dan memenangkan daiwi sampad, namun juga tidak lupa memohon agar terhindar dari bahaya-bahaya asuri sampad melalui rangda sebagai sarana pemujaan.

Barong dan rangda mulai dikenalkan di Bali sekitar abad ke-11, setelah kedatangan Mpu Kuturan. Sebagaimana diketahui kedatangan beliau ke Bali tidak membawa istrinya yang bergelar: Rangda Nata Ing Dirah (rangda = janda, nata = bertempat tinggal, ing = di, Dirah = nama tempat).

Istri beliau itu berbeda paham dengan Mpu Kuturan, di mana Rangda Nata Ing Dirah lebih cenderung ke sekte Bhairawa, sedangkan Mpu Kuturan ke sekte Siwa-Budha. Perbedaan paham/ aliran ini kemudian diwujudkan dalam barong dan rangda.

Pertempuran antara barong (daiwi sampad) dengan rangda (asuri sampad) tidak pernah berakhir dan tidak pernah ada yang kalah atau menang, karena keduanya adalah rwa-bhineda, dua tetapi satu, demikianlah hakekat kehidupan manusia di dunia.
Barong dan rangda tidak disebut Tuhan/ Sanghyang Widhi, tetapi sebagai Simbol/ Niyasa seperti yang diuraikan di atas.
(Wiyana)

No comments:

Post a Comment

Mecingklak, Permainan Anak SD Tahun 90an Yang Habis Dimakan Jaman

Foto mecingklak Balibangolnews,- Mecingklak merupakan sebuah permainan menggunakan batu krikil yang dilakukan oleh satu orang atau le...