Sumber foto net |
Asupan makanan bernutrisi merupakan salah satu kerangka dalam membentuk
pondasi Negara yang maju. Tubuh tidaklah sembarangan dalam menerima
makanan, makanan yang mampu memenuhi kebutuhan nutrisi dapat menjadikan
hidup masyarakat dalam suatu Negara menjadi lebih baik. Mengingat
pentingnya hal tersebut dalam MenKes RI Nomor 75 tahun 2013 tentang angka
kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masyarakat, Indonesia telah
mengeluarkan angka kecukupan gizi (AKG) untuk berbagai nutrisi yang ada dan
dikategorikan dalam berbagai kalangan. Gizi bisa didapatkan dari bahan
pangan, hasil dari sektor peternakan contohnya daging atau telur yang
mengandung protein yang tinggi juga sebagai salah satu bahan makanan yang
menyediakan asupan gizi yang baik untuk masyarakat.
Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya menggantungkan
hidup di sektor pertanian. Dengan demikian negara Indonesia layak disebut
sebagai negara agraris. Rakyat Indonesia sangat tergantung terhadap sektor
pertanian. Sektor pertanian yang dimaksud adalah dalam arti luas, termasuk
di dalamnya hortikultura, perikanan, peternakan, kehutanan, dan tanaman
pangan. Oleh sebab itu Negara Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi
Negara yang mandiri dan berdaulat. Penduduk Indonesia yang berlatar
belakang agraris dapat menghasilkan hasil – hasil ternak yang nantinya
dapat dijadikan sebagai bahan makanan yang mengandung asupan gizi tinggi
untuk rakyatnya. Namun apadaya sektor pereternakan di Indonesia belum mampu
untuk mencukupi kebutuhan dalam negri.
Ketergantungan Peternak Indonesia terhadap pakan jadi seakan menjadi
penghalang dalam terwujudnya Indonesia yang berdaulat, budidaya hewan
ternak seperti Unggas (Ayam, Bebek) dan akuakultur (Mujair, Ikan Lele, dll)
masih sangat bergantung terhadap pemakaian pakan jadi yang harganya cukup
tinggi yang dapat mengakibatkan terkurangnya provit dari peternak hewan
tersebut dan menurunkan kesejahteraan peternak dalam negeri. Tingkat
kesejahteraan peternak yang rendah menyebabkan semakin banyak penduduk yang
beralih matapencaharian. Contohnya di Pulau Bali, berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) Bali pada tahun 2013 tercatat rumah tangga usaha
pertanian secara luas (termasuk peternak) mengalami penurunan persentase
sebesar 17,09% dibanding tahun 2003. Pada tahun 2003 rumah tangga usaha
pertanian berjumlah 492.394 buah, sedangkan pada tahun 2013 mengalami
penurunan menjadi 408.223 buah. Keadaan ini yang mengancam ketahanan pangan
di Indonesia umumnya dan di Pulau Bali khususnya. Namun ketahanan ternak
sesungguhnya bisa dicapai dengan pengaplikasian BSF (Black Soldier Fly).
BSF (Black Soldier Fly) merupakan serangga kecil yang mempunyai potensi
untuk menyelesaikan permasalahan utama di pertanian modern yang salah
satunya adalah mahalnya pakan ternak. BSF yang dalam sering disebut lalat
tentara hitam (dalam bahasa Indonesia) atau Hermetia illucens adalah
serangga yang termasuk dalam keluarga Stratiomyidae yang biasanya ditemukan
di dalam tumpukkan kompos. BSF bertelur di celah-celah permukaan tembok
atau daun. Telur itu nantinya akan menetas menjadi larva dengan ukuran
1/8-3/4 inchi. Larva ini akan mengalami masa pre-pupae dan pupa sebelum
menjadi BSF dewasa. BSF dewasa memiliki ukuran 16mm dengan rentang hidup
5-8 hari. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa BSF memiliki peranan dalam
menguraikan hampir semua jenis sampah organik dan kotoran hewan (Watson,
2005). BSF sebagai inovasi yang akan menjadi solusi yang sangat tepat untuk
memecahkan problematika mahalnya pakan hewan ternak di Indonesia yang
mengakibatkan produktivitas bahan makanan (daging, Ikan dan telur) menurun
karena banyaknya peternak yang beralih profesi ke sektor lain.
Fase yang sangat bermanfaat pada BSF ini adalah pada fase pupa. Dalam
pertumbuhan BSF, sebelum adanya pupa terdapat fase larva, sebagai Larva BSF
yang sudah dewasa mereka bisa tumbuh sampai 1/2 inci, pada keadaan tersebut
mereka akan memanjat dan keluar dari sumber makanan mereka dan berubah
menjadi pupa. Pupa tersebut dapat digunakan sebagai makanan ternak yang
baik sebagai sumber protein. Mereka juga bisa dikeringkan dan diproses
sebagai makanan yang digunakan dilain waktu. pupa dari BSF tersebut yang
nantinya dapat diaplikasikan sebagai pakan organik berprotein tinggi untuk
budidaya hewan ternak yang ditujukan sebagai bahan makanan seperti Unggas
(Ayam, Bebek, Ayam petelur) dan budidaya akuakultur (Ikan Mujair, Ikan
Lele, Ikan Bawal). Selain pakan hewan ternak, sebagai fungsi sampingan BSF
juga dapat diaplikasikan sebagai pakan hewan peliharaan seperti Burung
(Cendet, Punglor, Jalak, Cucak Rowo), ikan Hias (Lohan, Arwana), Gecko,
Ular dan yang lainnya.
Dengan pengaplikasian BSF ini nantinya peternak di Negara Indonesia akan
menjadi mandiri. Kemandirian itu terealisasikan dengan kemampuan peternak
menyediakan pakan ternaknya sendiri yang secara langsung akan disempurnakan
dengan tidak lagi ketergantungan dengan pakan jadi. Hal tersebut
mengakibatkan peternak dapat mengalokasikan biaya produksinya untuk hal
lain yang nantinya bisa mewujudkan harga bahan makanan (Daging, Telur,
Ikan) menjadi stabil, meningkatkan hasil ternak yang lebih berprotein dan
yang secara tidak langsung mewujudkan masyarakat Indonesia yang yang
bergizi tinggi, serta mengurangi adanya import daging dan menghantarkan
Indonesia yang Berdaulat dalam sektor ternak.
Fungsi kedua dari BSF juga terletak pada kemampuan BSF yang bisa dijadikan
sebagai dekomposer karena Hermetia illucens merupakan salah satu jenis
serangga potensial untuk dimanfaatkan, antara lain sebagai agen pengurai
limbah organik (Lardé, 1990). Mengingat hal tersebut, pengplikasian BSF
dapat dijadikan jawaban tentang bagaimana cara melayani sumber daya untuk
pertanian dari semua jenis dan ukuran dan individu yang tertarik dalam
menerapkan sistem pengelolaan limbah. Larva Black Soldier Fly akan memakan
berbagai jenis sampah organik disekitarnya mulai dari kotoran hewan sampai
sisa makanan.
Dalam pembudidayaan, BSF dapat diberikan makanan berupa sampah organik,
limbah bahan – bahan organik (limbah pertanian) atau kotoran ternak yang
nantinya akan diurai langsung sehingga menjadi kompos alami. Terbentuknya
kompos tersebut dapat diaplikasikan untuk usahatani sebagai pupuk pada
tanaman. Jadi dalam proses bertani, para petani tidak lagi ketergantungan
terhadap pupuk kimia. Dengan demikian ‘Pertanian Berkelanjutan’ bukanlah
hanya untaian kalimat belaka, karena dengan BSF sebagai dekomposer para
petani mampu menghasilkan produk dengan perlakuan organik dan mewujudkan
pertanian dengan konsep ‘Zero Waste Production System’. Dengan demikian
produk teresebut memiliki nilai kesehatan dan nilai gizi yang lebih tigggi
daripada produk yang dihasilkan melalui proses penggunaan pupuk kimia.
Jadi, Indonesia tidak hanya berdaulat di sektor ternak saja, namun juga
berdaulat pada disektor pangan, hal tersebut yang akan melancarkan
Indonesia menjadi Negara yang lebih maju, mandiri dan berdaulat.
Melalui Fungsi fungsi BSF tersebut, BSF dapat mewujudkan pertanian yang
terintegritas, karena mampu menghasilkan siklus dengan konsep ‘Zero Waste
Production System’. BSF dibudidayakan sebagai pakan ternak yang yang
berprotein tinggi sekaligus dapat menjadi dekomposer kotoran ternak
tersebut dan juga sampah atau bahan organik yang ada disekitar kita
sehingga dapat menghasilkan kompos. Kompos teersebut dapat kita jadikan
pupuk dalam usahatani dan menghasilkan produk dengan gizi tinggi, selain
itu BSF mampu mengurangi limbah sampah organik menjadi hal yang sangat
bermanfaat. Dengan demikian, BSF mampu menghantarkan munuju Indonesia yang
mandiri, dan berdaulat.
terimakasih infonya...
ReplyDeletenama saya Kasdi,umur 33th
saya pengen belajar tentang BSF...
MOHON ijin tanya...sebenarnya inti dari pembudidayaan BSF itu selain sebagai alternative pengurai sampah, inti tujuan utamanya BSF (lalat)nya atau larva nya sebagai pakan ternak atau lainya?
TERIMA kasih sebelumnya