Salah satu gejala gangguan ini adalah setelah posting status atau foto, kamu terus memeriksa jumlah orang yang memberikan respon
Balibangol,- Apa kamu termasuk orang yang sering mengecek akun media sosial? Misalnya berulang kali ngecek Instagram atau Path, menunggu adanya like atau love untuk postingan kamu? Ditunggu selama 30 menit nggak ada yang memberi respon, kamu langsung kebakaran jenggot bahkan merasa tertekan? Pikiranmu sudah ke mana-mana, jangan-jangan ini dan itu. Hmmm ... cermati kembali apa yang terjadi sama kamu ya, guys.
Adalah Social Media Anxiety Disorder yang mungkin kamu alami kalau kasusnya seperti di atas. Dilansir dari laman THE TIMES OF INDIA, Jumat (10/7), sekalipun gangguan ini belumlah bisa dikatakan sah atau paten dalam diagnosis medisnya, kamu bisa kenali ciri-cirinya sebagai berikut:
Setelah posting status atau foto, kamu terus memeriksa jumlah orang yang memberikan respon
Kamu terus me-refresh halaman akun media sosial untuk memeriksa semua respon yang mungkin diberikan
Kamu takut tidak terlibat dalam obrolan dalam media sosial teman kamu. Mungkin kamu sudah mulai mengalami Social Network Exclusion Anxiety
Kamu bela-belain pergi ke suatu acara karena tahu itu berpotensi untuk bisa up date status dan foto, sekalipun kamu sudah lelah dan payah.
Pada zaman serba canggih begini, tak bisa dipungkiri kita seakan hidup di dalam dua dunia, nyata dan virtual. Keduanya seakan tak terlepas satu sama lain. Sayangnya, tak jarang kehidupan virtual bikin kamu belingsatan sendiri, dibandingkan kehidupan nyata. Ya, contohnya seperti banyak kita tahu, orang lebih sibuk memainkan gadget ketimbang mengobrol dengan orang di sampingnya. Betul?
Seorang psikolog, Salma Prabhu, menyatakan bahwa jika kamu cemas tidak mendapatkan cukup respon positif dari teman di media sosial, itu artinya rasa tidak aman dan self-esteem yang rendah, yang mengendalikan kamu. Orang yang merasa 'haus' perhatian, pujian, pengakuan dari orang lain secara terus menerus, berasal dari tidak adanya kepercayaan diri. Jadi, lebih baik kamu mulai introspeksi diri.
Ya, kamu perlu meninjau ulang dirimu terkait media sosial dan tentu saja, penggunaan ponsel. Mengapa? Kalau sudah kecanduan media sosial, pasti kamu enggan jauh-jauh dari ponsel, bukan? Kamu akan gembira sekali ponsel menderingkan notifikasi. Pun kamu akan merasa sedih, gelisah, dan cemas saat tidak ada satu pun notifikasi selama seharian. Kalau sudah seperti ini, Prabhu menyarankan kamu mencoba hal lain. Misalnya saja saat naik taksi. Cobalah mengobrol ringan dengan sopirnya, daripada kamu mengecek ponsel setiap detiknya.
Selain melakukan kebiasaan ringan seperti mengobrol ringan tadi, jalan-jalan ke alam bebas juga bisa membantumu supaya tidak terlalu mengalami Social Media Anxiety Disorder. Efek radiasi ponsel tentu tak baik bagi tubuhmu. Jadi, coba imbangi dengan jalan-jalan ke alam bebas untuk mendapatkan udara segar. Kamu juga bisa berolahraga rutin. Dan tentu saja, hindari sedikit-sedikit up date status atau upload foto, ya. Sama saja bohong kalau maunya bergaya hidup sehat, tapi kamu masih tak bisa lepas dari gadget.
Selanjutnya yang terpenting adalah kesadaran diri kembali ke kenyataan. Kamu hidup di dunia nyata, mau tidak mau butuh orang lain yang riil hidup di sekitarmu. Nggak mungkin juga dong, kalau kamu butuh bantuan membenahi motor tapi menunggu teman kamu dari Papua datang menolong.
Lagi pula, energi yang ditularkan orang riil dengan sosok di media online pasti berbeda. Rasakan sendiri saat kamu curhat sama orang langsung, pasti sensasinya berbeda kalau curhat hanya lewat chat atau telepon. Dengan bertemu langsung, baik dia maupun kamu akan saling merasakan gestur dan emosi masing-masing secara nyata, bukan meraba-raba menafsirkan seperti saat sedang online.
Well, guys, banyak hal yang patut kita nikmati dalam hidup ini tanpa harus serin up date status media sosial. Bahkan, sehari saja tidak menyentuh media sosial, tidak akan membuatmu mati seketika, kok. Selamat hidup sehat!
sumber
No comments:
Post a Comment