Ida Pedanda Made Gunung |
Duka mendalam atas kepergian Ida Pedanda dari Griya Gede Purnawati Kemenuh, Banjar Tengah, Desa Blahbatuh, Gianyar ini begitu terasa di kediamannya. Keluarga, kerabat, sisya (murid), pasemetonan sulinggih, pejabat dan masyarakat umum terus berdatangan untuk ikut menyatakan bela sungkawa.
Tangis pun pecah ketika layon (jenazah) Ida Pedanda sampai di griya sekira pukul 09.30 Wita. Tiada yang menyangka, panutan umat sang pencetus dharma wacana bernama walaka Ida Bagus Gede Suamem ini, berpulang begitu cepat.
“Keluarga sudah melakukan paruman dan disepakati kremasi akan dilakukan pada 21 Juli 2016, dengan sederhana,” ujar Ida Bagus Made Purwita Suamem (40), anak kedua almarhum.
Tentang kesederhanaan kremasi itu, Gus Purwita punya cerita. Suatu hari dirinya bercengkerama dengan ayahnya. Mereka berdua duduk membahas ihwal keagamaan. Perbincangan pun mengalir.
Akan tetapi tidak seperti biasanya, Ida Pedanda yang menjadi wiku (pandita) sejak 27 Oktober 1994 itu justru menyisipkan pesan lain kepada Gus Parwita kendati disampaikan sembari tersenyum.
“Kalau aji (ayah) meninggal nanti, tolong jangan buatkan upacara yang besar. Tanpa bade. Layon aji cukup diusung anak-anak menuju perabuan, pebasmian (tempat kremasi). Sesederhana itu,” begitu Gus Purwita menirukan ucapan mendiang sang ayah.
Sulinggih yang lahir pada 31 Desember 1950 itu lalu melanjutkan pesannya. “Tempatnya di halaman depan, di seputaran pohon cempaka,” begitu kata Ida Pedanda kepada Gus Purwita. Pesan inilah yang dijadikan acuan dari paruman keluarga besar Griya Gede Purnawati Kemenuh.
Bagi keluarga, pesan tersebut seperti sebuah wasiat bahkan bhisama dari sangwiku sehingga pantang untuk dilanggar. Ida Bagus Made Purwita Suamem pun berikhtiar menjalankan amanat tersebut.
“Bhisama yang pernah disampaikan langsung oleh beliau kepada saya sebagai anak laki-laki penerus ya seperti itu. Walaupun saat itu disampaikan dengan nada bercanda sembari tertawa, tapi ini tidak bisa kami langgar,” kata Ida Bagus Purwita.
Disebutkan Ida Bagus Made Purwita Suamem, ayahandanya mengatakan bahwa kesederhanaan tidak harus jadi penghalang dalam beryadnya.
Yang terpenting, tidak kehilangan makna. “Kesederhaan beliau mengacu pada raos (ucapan) almarhum Ida Pedanda Made Sidemen. Cukup dengan upacara yang sederhana toh juga beliau akan mendapatkan tempat terbaik. Dan aji saya meniru kesederhanaan Ida Pedanda Made Sidemen,” kata Ida Bagus Purwita.
Dalam keseharian, Ida Pedanda Gede Made Gunung yang menjadi wiku sejak 27 Oktober 1994 itu memang dikenal sebagai sulinggih yang sederhana. Banyak pola pikir dan laku diri yang dapat diteladani.
Wiku yang mantap menapak jalan dharma wacana ini selalu menyempatkan diri menyelipkan pesan kesederhanaan itu.
(sumber-daerahbali.com)
No comments:
Post a Comment