Skip to main content

INI DIA HARI KASIH SAYANG HINDU BALI (Tumpek Kerulut)

rajah-sanghyang-semara-ratih

CERITA ‘SANG HYANG SEMARA RATIH’ PADA PERAYAAN TUMPEK KRULUT


Bagi kalian Umat Hindu Bali sebenarnya mempunyai sebuah hari kasih sayang, berikut ini cerita dari Sang Hyang Semara Ratih yang melatar belakangi perayaan hari kasih sayang dalam agama Hindu (Tumpek Krulut).
Dilansir dari sejarahharirayahindu, diceritakan Sang Hyang Kama Jaya Semara Ratih adalah sepasang dewa dewi yang merupakan simbol cinta kasih yang penuh dengan keinginan dan kesetiaan serta pengorbanan.
Dalam kisahnya sebagaimana disebutkan dalam lontar cundamani II, dalam kutipan tersebut dikisahkan suaminya Sang Hyang Semara yang juga disebut dengan nama Dewa Kama inilah ditugasi untuk menggoda dan membangunkan Dewa Siwa dari yoga semadinya karena ada raksasa sakti yang bernama Nilarudraka sedang mengancam sorga yaitu alam swah loka.
Dengan panah asmara yang digunakan Dewa Kama untuk memanah Dewa Siwa, akhirnya beliau terbangun dan tidak pelak marahlah beliau dan kemudian dengan sorotan mata yang penuh api akhirnya Dewa Siwa membakar dan membunuh Dewa Kama itu.
Wafatnya Dewa Kama maka sebagai tanda setia kepada suami maka Dewi Ratih pula memohon kepada Dewa Siwa supaya dirinya dibakar juga karena ingin mengalami nasib yang sama dengan suaminya, kemudian permohonan itu dikabulkan oleh Dewa Siwa sehingga untuk kedua kalinya keluar api yang membakar hangus Dewi Ratih.
Selanjutnya diceritakan bahwa Dewa Siwa yang telah terkena panah asmara sangat rindu pada Dewi Uma dan akhirnya bertemulah beliau. Pertemuan ini menyebabkan mengandungnya Dewi Uma.
Pada saat Dewi Uma dan Dewa Siwa berjalan-jalan di puncak gunung Kailasa, dijumpailah oleh Dewi Uma berupa onggokan abu, dan Dewi Uma pun bertanya kepada Dewa Siwa, menanyakan abu apa sebenarnya itu?.
Dewa Siwa pun menjelaskan bagaimana bisa terjadi gundukan abu tersebut, yang tidak lain merupakan jazad dari Dewa Kama dan Dewi Ratih.
Setelah mendengar cerita dari Dewa Siwa itu, kemudian Dewi Uma pun meminta Dewa Siwa supaya kedua Dewa tersebut dihidupkan kembali, karena kedua dewa tersebut di samping bermaksud baik juga karena panah Dewa Kamalah yang menyebabkan pertemuan antara Dewa Siwa dengan Bhatara Uma, andaikata tidak, maka Dewa Siwa pun mungkin tidak merindukan Dewi Uma.
Atas permohonan Dewi Uma maka Dewa Siwa pun mengabulkan permintaan tersebut, akan tetapi dengan catatan bahwa Dewa Kama dan Dewi Ratih tidak bisa dihidupkan lagi di sorga.
Oleh karena itu ditaburkanlah oleh Dewa Siwa dan Dewi Uma, bersama-sama abu dari Dewa Kama dan Dewi Ratih itu ke dunia mayapada, dengan perintah supaya jiwa Dewa Kama dan Dewi Ratih hidup di dunia dan memasuki lubuk hati setiap insan, sehingga timbullah rasa saling cinta mencintai.
Demikianlah jiwa Dewi Ratih yang menginsani setiap makhluk yang berbentuk wanita (betina) sedangkan Dewa Kama yang menginsani lubuk hati setiap pria (jantan).
Karena itulah pria dan wanita saling rindu merindukan karena berasal dari jiwanya Dewa Kama dan Dewi Ratih.
Sehingga dalam beberapa simbolisasi cinta kasih Sang Hyang  Semara Ratih ini disebutkan sebagai berikut :
  • Sanggah Surya pada saat mekala – kalaan (mabeakala) ring upacara pawiwahan merupakan niyasa (simbol) sebagai stananya Dewa Surya dan Sang Hyang Semara Ratih.
  • Dalam urut – urutan upacara metatah yang awal pelaksanaanya dilaksanakan sembahyang kepada Bhatara Surya dan kepada Bhatara Sang Hyang Semara Ratih dan juga mohon tirtha kepada beliau berdua.
  • Ngetok sunduk yang juga merupakan awal dari pelaksanaan upacara pemakuhan dalam pendirian rumah baru yang akan ditempati disebutkan mantra tersebut bertujuan untuk ngadegang Bhatara Semara Ratih metemuang ageni mastu astu Ang Ah.
Semoga cerita ‘Sang Hyang Semara Ratih’ memberikan kita pengetahuan yang lebih tentang arti kasih sayang.
Sumber-daerahbali.com

Comments

Popular posts from this blog

KENAPA PANDITA MPU TAK BOLEH MUNGGAH DI PURA DASAR BHUWANA GELGEL, INI PENJELASAN DARI IDA PANDITA MPU JAYA PREMA ANANDA

Balibangol news,-Sebelumnya di media sosial ramai diperbincangkan mengenai larangan bagi Ida Pandita yang tidak diijinkan untuk muput di Bale Pemiyosan di Pura Dasar Bhuwana Gelgel. Pada saat itu Ida Pandita tidak diijinkan oleh salah seorang pemangku di Pura itu. Kali ini penjelasan mengenai Pura Dasar Bhuwana Gelgel datang dari Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda, hal ini terlihat dari postingan di akun facebooknya yang menulis, ” RAME SOAL SULINGGIH DI PURA DASAR BHUWANA (Postingan di bawah ini sudah diunggah di FB yang normal terpecah jadi 3 postingan mengomentari sebuah video yang mempertanyakan kenapa Pandita Mpu tak boleh munggah di Pura Dasar Bhuwana. Saya jadikan satu di halaman ini, semoga ada manfaatnya. Tujuannya, mari kita tak usah ribut2 soal “ngaturang bhakti”. Kalau ada pendapat lain, silakan, maklum ini kasus sudah sangat lama, mungkin informasi ada berbeda). Pura Dasar Bhuwana awalnya sekali dibangun oleh Mpu Dwijaksara pada tahun Saka 1189 atau tahun 1267 Ma

Aling-aling, Adalah Pembatas Angkul-angkul Dan Pekarangan, Berikut Fungsinya

Aling-aling dengan patung Ganesha Balibangol news, BUDAYA, Kita sering mendengar kata Aling - Aling, namun kita tidak pernah memahami apa sebetulnya makna yang terkandung dalam pembuatannya dan bila mana kita harus membuatnya?. Aling-aling  adalah pembatas antara angkul - angkul dengan pekarangan rumah maupun tempat suci yang berfungsi sebagai penetralisir dari gangguan negatif baik secara sekala maupun niskala. Dahulu di Bali, sebuah aling - aling oleh masyarakat umum, masyarakat biasanya menggunakan kelangsah (daun kelapa kering) atau kelabang mantri sebagai sarana proteksi dari kekuatan negatif dimana sulaman atau ulat-ulatan dari daun kelapa tersebut diletakkan pada aling-aling, namun ada yang menempatkan sebagai penghias aling-aling digunakan sebuah patung yang sebagaimana disebutkan dari kutipan Bale Bengong, patung untuk mempercantik arsitektur Bali. Sebagai pembatas antara angkul - angkul dan pekarangan rumah, biasanya ada yang menggunakan patung Ganesha sebagai si

KETUPAT BALI DAN FUNGSINYA

Membuat Ketupat khas Bali Secara umum ketupat berasal dari janur dan di anyam sampai berbentuk kotak pada kali ini mari kita mengulas sedikit keunikan ketupat di Bali. Mendengar kata Ketupat pasti kalian akan mengingat pasangannya yaitu sate, satenya tu dimana? Hehehe Berbeda dengan daerah lainnya , Bali mempunyai banyak nama Ketupat seperti di antaranya :  TIPAT BEKEL - Bentuknya sama sepeti ketupat pada umumnya yaitu seperti ketupat yang sering di jumpai saat lebaran, di Bali ketupat ini biasanya di pakai pada waktu upacara pernikahan upacara odalan namun tidak mengandung arti begitu penting yah namanya aja ketupat bekel dalam bahasa nasional adalah bekal seperti ( sebungkus nasi), cara membuatnya cukup gampang dengan mengambil smbil sbuah janur kemudian diraut bagian sisinya biar tipis kemudian hilangkan lidinya biarkan masih di bagian pangkal, janur siap untuk di sulap menjadi ketupat TIPAT TALUH - Bentuknya kecil dan mungkin paling kecil di antara ketupat lainnya b