Balibangol news, AMLAPURA,- Korban I Ketut Subrata biasa menggigit ikan hasil tangkapannya, sebelum memasukkannya ke dungki. Rencananya, Minggu (10/1), jenazah korban dikubur, tanpa mengeluarkan ikan yang nyangkut di tenggorokan.
I Ketut Subrata, 30, yang sehari-hari bekerja sebagai petani dari Banjar Batudawa Kaja, Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, Karangasem, meninggal mendadak setelah menelan ikan jenis lemuh, hasilnya tangkapannya sendiri saat memancing, Sabtu (9/1) sekitar pukul 09.50 Wita. Ikan yang ditelannya ukuran lebar sekitar 5 cm, panjang sekitar 7 cm, itu nyangkut di rongga pernapasan.
Kronologinya, Sabtu pagi kemarin, Subrata bersama adiknya I Komang Todiantara, 9, dan pamannya, I Made Sudika, 42, pergi rekreasi memancing di Pantai Banjar Peselatan, Desa Labasari, Kecamatan Abang, Karangasem. Mereka bertiga berangkat dari rumahnya di Banjar Batudawa Kaja, Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, sekitar pukul 09.00 Wita. Rekreasi itu dilakukan setelah Subrata yang lulusan SD, itu bekerja di ladang menanam kacang.
Lokasi memancing yang dituju adalah di depan bekas kantor perusahaan mutiara, atau di gundukan batu karang. Mereka bertiga memancing dalam posisi berdiri menghadap ke laut, atau pandangan mengarah ke timur.
Ternyata yang paling pertama mendapat ikan adalah korban Subrata. Selanjutnya kail dilepas dari mulut ikan, kemudian mulut ikan digigit oleh Subrata dengan posisi mulut ikan mengarah ke dalam rongga mulut/kerongkongan korban. Korban melakukan cara itu dengan maksud agar ikan cepat mati, setelah ikannya mati, barulah dimasukkan ke dalam dungki (keranjang kecil tempat ikan). Sebab di sekitar tempat memancing tidak ada batu untuk menindih ikan.
Di samping itu, menggigit ikan hasil tangkapan merupakan kebiasaan korban. Sambil menggigit ikan, korban meneruskan melempar pancing. Namun kemarin menjadi hari naas bagi korban Subrata. Ternyata ikan lemuh yang digigitnya tersebut masih hidup dan licin, sehingga dengan mudah tertelan dan nyangkut di rongga tenggorokannya.
Seketika korban Subrata mengalami kejang-kejang dan sulit bernapas, hingga terhuyung jatuh ke laut, kemudian meninggal dunia. Paman dan adik korban Subrata panik dan tidak bisa memberi pertolongan.
Korban saat itu mengenakan baju kaos hitam, celana kolor biru, dari mulutnya keluar lendir campur darah. Ciri-ciri korban, tinggi 170 cm, rambut hitam lurus, kulit sawo matang, kedua pangkal lengan bertato bintang.
Paman korban Made Sudika kemudian melaporkan kasus itu ke Mapolsek Abang. Selanjutnya Polsek Abang mengontak petugas Satpol Air Polres Karangasem dipimpin kasat AKP I Made Wartama, Pos SAR Karangasem dipimpin Ida Bagus Surya Wirawan melakukan evakuasi menggunakan rubber boat. Hadir pula Kapolsek Abang AKP Marzel Doni.
Evakuasi menuju Pantai Tukad Abu, Banjar Batudawa Kelod, Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, selanjutnya jasad korban diantar ke rumah duka di Banjar Batudawa Kaja, Desa Tulamben.
Setiba di rumah duka, jasad korban diterima ayahnya I Nengah Dite, 52, dan ibunya Ni Wayan Putri, 50. Ni Wayan Putri sangat shock begitu mendengar kabar putranya meninggal mendadak. Lebih sedih lagi setelah jasad korban tiba di rumahnya.
Nengah Dite mengakui, usai musim tanam kacang, warga Banjar Batudawa Kaja memang banyak yang rekreasi memancing ke laut. “Saya tidak punya firasat apa-apa, terkait musibah itu,” katanya.
Rencana menggelar upacara penguburan, Minggu (10/1). Mengenai ikan yang masih nyangkut di rongga pernapasan, dibiarkan tidak dikeluarkan. Kasatpol Air Polres Karangasem AKP Wartama, mengatakan, begitu dapat laporan langsung melakukan evakuasi sambil menggelar patroli. “Kami menemukan korban telah meninggal,” kata AKP Wartama.
Kepala Pos SAR Karangasem Ida Bagus Surya Wirawan menambahkan, pihaknya menemukan korban sudah dalam kondisi tak bernyawa.
Sumber(nusabali.com)
No comments:
Post a Comment