Dari hasil nunasang kepada Jero Balian, diperoleh petunjuk nikala korban Gede Gunawan kepongor akibat potong pohon Kepuh keramat di Pura Dalem See, Nusa Penida.
Gangguan kejiwaan yang ditingkahi peristiwa niskala menimpa I Gede Gunawan, 35, anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klungkung. Masalahnya, korban mendadak menderita ganguan jiwa setelah memotong pohon Kepuh (Randu) keramat yang roboh di areal Pura Dalem See, Banjar Prapat, Desa Pakraman Ped, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung.
Korban Gede Gunawan sempat potong pohon Kepuh keramat di areal Pura Dalem See, 27 Desember 2015 lalu. Kemudian, perangainya berubah aneh sejak 2 Januari 2016. Hingga Senin (11/1), petugas TRC BPBD asal Banjar Belimbing, Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung ikni masih menjalani terapi.
Kisah berawal dari bencana pohon Kepuh roboh di Pura Dalem See, Desa Pakraman Ped, Nusa Penida, Sabtu, 26 Desember 2015 lalu. Begitu menerima laporan ada pohon Kepuh keramat roboh, petugas TRC BPBD Klungkung langsung meluncur ke kawasan seberang Nusa Penida untuk melakukan pemotongan keesokan harinya, Minggu (27/12) pagi pukul 09.00 Wita.
Korban Gede Gunawan juga ikut ke lokasi bencana pohon roboh di Pura Dalem See, Desa Pakraman Ped. Tim yang terjun kala itu dipimpin Sekertaris BPDB Klungkung, I Dewa Gede Wisasta. Selain korban Gede Gunawan dan Dewa Wisasta, ada dua anggota TRC BPBD lagi yang ikut terjun, yakni I Komang Agus Sudanta dan I Wayan Sujana.
Nah, hari itu keempat personel TRC BPBD Klungkung ini melakukan proses pemotongan dan evakuasi batang pohon Kepuh roboh di Pura Dalem See hingga petang sekitar pukul 18.00 Wita. Sepulang dari Nusa Penida hingga beberapa hari berikutnya, tidak ada kejanggalan apa pun.
Namun, keanehan terjadi pada korban Gede Gunawan, Sabtu, 2 Januari 2016 pagi, saat berada di Kantor BPBD Klungkung. Kala itu, ayah tiga anak dari pernikahannya dengan Ni Wayan Patri, 33, ini mendadak alami perubahan sikap. Pria berusia 35 tahun yang semula dikenal sopan dan disiplin ini, bahkan sempat mengeluarkan perkataan yang bukan-bukan terhadap rekan maupun atasannya di kantor. Perubahan sikap secara drastis itu membuat rekan-rekan korban jadi bingung.
Apalagi, sejak itu korban Gede Gunawan seperti mengalami gangguan kejiwaan. Banyak orang curiga dan percaya kalau korban Gunawan kepongor (terkena sanki secara niskala) karena memotong-motong pohon Kepuh keramat yang tumbang di areal Pura Dalem See, Desa Pakraman Ped.
Sekertaris BPBD Klungkung, Dewa Gede Wisasta, membenarkan kalau seorang petugasnya, korban Gunawan, mengalami perubahan sikap bak ganguan kejiwaan. Namun, dia membantah kalau perubahan sikap itu akibat kepongor di areal pura Dalem See. Pasalnya, sebelum memotong pohon Kepuh keramat, petugas TRC BPBD sudah mengawalinya dengan ritual mapiuning.
”Kalau dibilang kepongor gara-gara tebang pohon keramat, saya rasa kurang tepat,” cetus Dewa Wisasta saat dikonfoirmasi NusaBali di Semarapura, Senin (11/1).
Dewa Wisasta mengisahkan, pasca musibah pohon Kepuh roboh, krama pangempon Pura Dalem See yang berjumlah 46 kepala keluarga (KK) sudah langsung melaksanakan upacara ritual banten pengulap. Pihaknya pun meyakini pemotongan pohon Kepuh roboh yang dilakukan petugas BPBD sudah mendapatkan restu scara niskala.
Bagitu memotong batang pohon Kepuh setinggi 30 meter dan berdiameter 2,5 meter itu, petugas BPBD sama sekali tidak mendapat kesulitan apa pun. “Penebangan ini berlangsung cepat, yakni selama 8 jam,” kenang Dewa Wisasta.
Kemudian, kata Dewa Wisasta, korban Gunawan tetap berdinas seperti biasa pasca evakuasi pohon keramat roboh di Pura Dalem See. Hanya saja, saat malam tahun baru, 31 Desember 2015, Gunawan menyampaikan akan pergi ke Buleleng keesokan harinya, 1 Januari 2016, untuk melayat seorang kerabatnya yang meninggal dunia.
“Saya sebetulnya sempat mencegah supaya dia (Gunawan) agar tidak berangkat ke Buleleng, karena akan diajak merayakan Tahun Baru 2016 dengan kumpul bersama. Namun, yang bersangkutan menolak. Dia bilang, ‘kalau kumpul-kumpul bersama kan masih bisa tahun depan, Pak’,” beber Dewa Wisasta.
Namun, kejanggalan mulai muncul saat korban Gunawan masuk kantor pertama di awal Tahun Baru 2016, Sabtu (2/1) pagi pukul 07.30 Wita. Kala itu, Gunawan yang dikenal sopan dan disiplin, mendadak berubah sikap. Bahkan, korban seketika mencak-mencak kepada rekan maupun atasannya. ”Kami bingung atas perubahan sikapnya itu. Kami lantas menyampaikan persoalan ini ke pihak keluarganya (di Desa Tusan),” tandas Dewa Wisasta.
Beberapa hari kemudian, pihak keluarga Gunawan nunasang (mohon petunjuk niskala) kepada seorang balian di Desa Tusan. Berdasarkan hasil penerawangan niskala Jero Balian, diperoleh petunjuk kalau Gunawan kepongor akibat potong pohon Kepuh keramat di Pura Dalem See.
Karena itu, menurut Dewa Wisasta, korban Gunawan dengan didampingi keluarganya kembali berangkat ke Nusa Penida untuk menghaturkan banten guru piduka di Pura Dalem See, Desa Pakraman Ped. “Kami juga disambut oleh krama setempat. Mereka turut bersama-sama dalam upacara itu,” ungkap Dewa Wisasta.
Kendati sudah menggelar upacara guru piduka di lokasi pohon roboh areal pura Dalem See, kondisi Gunawan tetap belum ada perubahan. Oleh keluarganya, Gunawan diajak metamba (berobat) ke kawasan Gira Buda, Desa Tusan. “Tadi (kemarin) saya hubungi pihak keluarganya. Disebutkan, kondisi Gunawan sudah mulai pulih. Rencanya, dia akan pulang besok (hari ini),” tegas Dewa Wisasta.
Sementara itu, Kelian Adat Banjar Prapat, Desa Pakraman Ped, I Ketut Lama, menyatakan pohon Kepuh di areal Pura Dalem See roboh pada 26 Desember 2015 pagi pukul 08.00 Wita. Akibatnya,, tiga palinmggih hancur, yakni Palinggih Gedong (2 unit) dan Palinggih Pengadangan (1 unit). Selain itu, tembok penyengker pura juga ambruk sepanjang 8 meter.
Menurut Ketut Lama, pohon Kepuh di areal pura Dalem See memang sudah tua, umurnya diperkirakan mencapai ratusan tahun. Warga setempat amat mengkeramatkan pohon Kepuh tua ini. “Pohon Kepuh itu memang dikeramatkan, buktinya ada palinggih di bawahnya,” jelas Ketut Lama pada senin kemarin. sumber_(NusaBali.com)
No comments:
Post a Comment