Skip to main content

Seluruh Raja-Raja Bali Berkumpul di Ubud


Paiketan Puri-Puri Sejebag Bali (P3SB) Berkumpul di Puri Agung Peliatan, Ubud, Gianyar, dalam Rangka Melaksanakan Paruman Agung, Minggu (13/9/2015). Hadir pula Raja Samu Samu VI, Mpu Latu ML Benny Ahmad Samu-Samu, dan Wakil Gubernur Bali, I Ketut Sudikerta. 

Balibangol news, GIANYAR -  Paiketan Puri Puri Sejabag Bali (P3SB) menggelar paruman Agung bertempat di Puri Agung Peliatan, Ubud, Gianyar, Minggu (13/9/2015). Paruman agung ini bertujuan untuk menyamakan persepsi dan komitmen dalam menjaga adat dan budaya Bali, dan Nusantara di tengah kondisi saat ini. Pertemuan ini juga membahas AD/ART paiketan Puri-Puri di Bali.
“Paruman ini adalah menyamakan persepsi antarpuri-puri dengan mengemban cita-cita identitas ciri adat dan budaya Bali dan menjaga bangsa indonesia. Juga untuk mengangkat harkat martabat puri itu sendiri. Paiketan ini juga melaksanakan tujuan agar antar puri bisa salih asah asih asuh, paras paros sarpanaya, loyalitas berdasar kesetaraan,dan kebersamaan,” ujar Tjokorda Gede Putra Nindia saat membacakan sambutan di awal acara.
Dalam pembukaan paruman agung itu dihadiri oleh perwakilan puri-puri yang ada di Bali. Bahkan, paruman ini dihadiri langsung oleh Raja Samu Samu VI, Mpu Latu ML Benny Ahmad Samu-Samu dengan ciri khasnya yakni mengenakan kain merah yang diikat di kepala. Selain itu, hadir juga Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta yang datang mengenakan pakaian adat Bali.
Ida Dalem Semara Putra, Panglingsir Agung Puri-Puri Sejebag Bali mengatakan, tujuan pertemuan ini adalah menyamakan persepsi agar para tokoh-tokoh puri bisa lebih mendekatkan diri kepada masyarakat dalam rangka menjaga dan melestarikan budaya Bali.
“Kita harus bisa mengimbangi modernisasi, dan globalisasi, sehingga kita bisa melestarikan adat dan budaya Bali sampai kapanpun juga,” ujar Ida Dalem Semara Putra yang juga selaku raja Kelungkung pada Tribun Bali seusai pembukaan paruman agung itu.
Wakil Gubernur Bali, I Ketut Sudikerta sangat mengapresiasi adanya paruman agung ini. Baginya, apabila masing-masing puri dan raja-raja di Nusantara tidak bersatu untuk menjaga adat dan budaya masing-masing, maka akan mudah untuk dicederai oleh kalangan asing.
Selain itu, dia mengapresiasi karena dalam paruman agung itu nantinya akan dipersatukan komitmen dalam rangka mencegah adanya perpecahan di tengah zaman globalisasi ini.
“Kalau kita bersatu, tentu SDM yang masuk ke Bali mampu kita atasi, tapi kalau tidak, nanti kita bisa dipecah belah. Antara budaya dan puri yang kita miliki ini sangat erat kaitannya. Karena cikal bakal budaya itu dulu lahirnya dari puri. Maka perlu kita jaga sekarang. Cara menjaganya bagaimana? Tentu agar generasi penerus ini agar mampu untuk menyinkronkan ini semua dari berbagai sisi,” ujar Sudikerta kepada sejumlah awak media.(cp-tribunbali.com)

Comments

Popular posts from this blog

KENAPA PANDITA MPU TAK BOLEH MUNGGAH DI PURA DASAR BHUWANA GELGEL, INI PENJELASAN DARI IDA PANDITA MPU JAYA PREMA ANANDA

Balibangol news,-Sebelumnya di media sosial ramai diperbincangkan mengenai larangan bagi Ida Pandita yang tidak diijinkan untuk muput di Bale Pemiyosan di Pura Dasar Bhuwana Gelgel. Pada saat itu Ida Pandita tidak diijinkan oleh salah seorang pemangku di Pura itu. Kali ini penjelasan mengenai Pura Dasar Bhuwana Gelgel datang dari Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda, hal ini terlihat dari postingan di akun facebooknya yang menulis, ” RAME SOAL SULINGGIH DI PURA DASAR BHUWANA (Postingan di bawah ini sudah diunggah di FB yang normal terpecah jadi 3 postingan mengomentari sebuah video yang mempertanyakan kenapa Pandita Mpu tak boleh munggah di Pura Dasar Bhuwana. Saya jadikan satu di halaman ini, semoga ada manfaatnya. Tujuannya, mari kita tak usah ribut2 soal “ngaturang bhakti”. Kalau ada pendapat lain, silakan, maklum ini kasus sudah sangat lama, mungkin informasi ada berbeda). Pura Dasar Bhuwana awalnya sekali dibangun oleh Mpu Dwijaksara pada tahun Saka 1189 atau tahun 1267 Ma

Aling-aling, Adalah Pembatas Angkul-angkul Dan Pekarangan, Berikut Fungsinya

Aling-aling dengan patung Ganesha Balibangol news, BUDAYA, Kita sering mendengar kata Aling - Aling, namun kita tidak pernah memahami apa sebetulnya makna yang terkandung dalam pembuatannya dan bila mana kita harus membuatnya?. Aling-aling  adalah pembatas antara angkul - angkul dengan pekarangan rumah maupun tempat suci yang berfungsi sebagai penetralisir dari gangguan negatif baik secara sekala maupun niskala. Dahulu di Bali, sebuah aling - aling oleh masyarakat umum, masyarakat biasanya menggunakan kelangsah (daun kelapa kering) atau kelabang mantri sebagai sarana proteksi dari kekuatan negatif dimana sulaman atau ulat-ulatan dari daun kelapa tersebut diletakkan pada aling-aling, namun ada yang menempatkan sebagai penghias aling-aling digunakan sebuah patung yang sebagaimana disebutkan dari kutipan Bale Bengong, patung untuk mempercantik arsitektur Bali. Sebagai pembatas antara angkul - angkul dan pekarangan rumah, biasanya ada yang menggunakan patung Ganesha sebagai si

KETUPAT BALI DAN FUNGSINYA

Membuat Ketupat khas Bali Secara umum ketupat berasal dari janur dan di anyam sampai berbentuk kotak pada kali ini mari kita mengulas sedikit keunikan ketupat di Bali. Mendengar kata Ketupat pasti kalian akan mengingat pasangannya yaitu sate, satenya tu dimana? Hehehe Berbeda dengan daerah lainnya , Bali mempunyai banyak nama Ketupat seperti di antaranya :  TIPAT BEKEL - Bentuknya sama sepeti ketupat pada umumnya yaitu seperti ketupat yang sering di jumpai saat lebaran, di Bali ketupat ini biasanya di pakai pada waktu upacara pernikahan upacara odalan namun tidak mengandung arti begitu penting yah namanya aja ketupat bekel dalam bahasa nasional adalah bekal seperti ( sebungkus nasi), cara membuatnya cukup gampang dengan mengambil smbil sbuah janur kemudian diraut bagian sisinya biar tipis kemudian hilangkan lidinya biarkan masih di bagian pangkal, janur siap untuk di sulap menjadi ketupat TIPAT TALUH - Bentuknya kecil dan mungkin paling kecil di antara ketupat lainnya b