Skip to main content

SEJARAH DAN MAKNA DARI SETIAP RUNTUTAN HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN


Balibangol,- Hari raya Galungan diperingati setiap 210 hari sekali yang jatuh pada hari rabu kliwon wuku Dungulan. Hari raya Galungan ini juga disebut sebagai Hari Pawedalan Jagat mengandung makna untuk pemujaan Ida Sanghyang Widhi wasa karena telah menciptakan dunia dengan segala isinya. Selain itu juga Hari raya Galungan merupakan hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Hari raya Galungan diperkirakan ada di Indonesia sejak abad XI. Hal ini didasarkan antara lain : Kidung Panji Malat Rasmi dan Pararaton Kerajaan Majapahit.
Perayaan semacam ini di India disebut Sraddha Wijaya Dasani
Di Bali sebelum Pemerintahan Raja Sri Jaya Kesunu perayaan Galungan pernah tidak dilaksanakan oleh karena Raja-raja pada jaman itu tidak memperhatikan upacara Keagamaan.Hal tersebut berakibat kehidupan rakyat sangat tidak aman serta penderitaan dimana-mana serta umur Raja-raja berumur pendek. Kemudian setelah Raja Sri Jaya Kesunu naik tahta dan mendapatkan pewarah-warah dari Bhatari Durga atas permohonannya maka Galungan kembali dirayakan dengan suatu ketetapan tidak ada galungan batal dilaksanakan.
Adapun proses dan runtutan perayaannya adalah:

  Tumpek Wariga

Tumpek Wariga merupakan proses awal dalam melaksanakan Hari Raya Galungan yakni tepat 25 hari sebelumnya yang jatuh tepat pada Hari Sabtu Kliwon Wuku Wariga. Tumpek ini juga sering disebut dengan Tumpek Pengatag, Tumpek Pengarah, Tumpek Uduh atau Penguduh. Adapun makna dari Tumpek Wariga tersebut adalah memohon keselamatan kepada semua tumbuh-tumbuhan agar dapat hidup dengan sempurna dan dapat memberikan hasil untuk bekal merayakan Galungan.

  Hari Sugihan Jawa

Dirayakan setiap 210 hari atau 6 bulan sekali pada hari Kamis Wage wuku Sungsang tepat 6 hari sebelum hari Galungan. Perayaan  Sugihan Jawa bermakna memohon kesucian terhadap Bhuwana Agung (Alam semesta).

  Hari Sugihan Bali

Dirayakan juga setiap 6 bulan sekali pada hari Jumat Kliwon wuku Sungsang yaitu 5 hari Galungan,sehari setelah Sugihan Jawa.cuma bedanya untuk hari sugihan Bali memohon keselamatan terhadap Bhuwana Alit atau diri masing-masing perorangan.

  Hari Penyekeban.

Pada hari penyekeban yang jatuh pada Minggu Paing wuku Dungulan atau 3 hari sebelum Galungan. Hari Penyekeban bagi masyarakat umum dimaknai sebagai hari penyekeban buah-buahan yang akan dipakai sarana persembahyangan. Sehingga tepat di Hari Galungan nanti diharapkan semua buah-buahan sudah masak. Tetapi secara Epistemologi Hari Penyekeban bermakna menyekeb atau pengendalian diri, karena diyakini pada hari ini Sang Tiga Wisesa Kala mulai turun menggoda kemampuan serta keyakinan manusia. Hal ini disebutkan “Anyekung Jnana Suaha Nirmala agar terhindar dari Godaan-godaan.

  Hari Penyajaan Galungan

Hari Penyajaan Galungan  jatuh pada Senen/Soma Pon wuku Dungulan 2 hari sebelum Galungan. Pada hari ini dipergunakan sebagai hari persiapan membuat jajan bagi masyarakat umum. Dan juga diyakini pada hari ini turunnya sang Bhuta Dungulan untuk menguji kesungguhan hati Umat Hindu didalam menyambut Hari besar Galungan. Patut diwaspadai pada hari ini akan banyak godaan-godaan menguji kesabaran manusia.

  Hari Penampahan Galungan

Jatuh pada Selasa/Anggara Wage wuku dungulan sehari sebelum Hari Raya Galungan. Pada hari ini bagi para Bapak-bapak melaksanakan pemotongan hewan, membuat sate, lawar dan lain sebagainya. Sedangkan bagi Ibu-ibu dan remaja putri metanding/mengatur sesajen/bebantenan yang akan dipergunakan esok harinya. Patut diwaspadai pula pada hari ini diyakini turunnya Bhuta Amangkurat yang akan menggoda manusia dimuka bumi. Hindari pertengkaran di hari ini. Pada sore harinya seluruh anggota keluarga melaksanakan upacara Biyakala serta membuat Penjor.

  Hari raya Galungan

Jatuh pada hari Rabu/Buda Kliwon wuku dungulan, merupakan Puncak Upacara peringatan Kemenangan Dharma melawan Adharma. Pada hari ini seluruh Umat Hindu melaksanakan persembahyangan ditempat-tempat suci seperti Pura, Candi dan sebagainya sebagai wujud kebahagiaan telah melalui masa-masa godaan oleh sang Bhuta Dungulan.

  Hari Peraridan Guru.

Jatuh pada hari Sabtu/Saniscara Pon Wuku Dungulan. Pada hari ini semua umat Hindu mensucikan diri dengan mandi di Pantai serta sumber mata air dilanjutkan memohon keselamatan dengan makan sisa Yajnya berupa Tumpeng Guru bersama seluruh anggota keluarga.

  Hari Raya Kuningan

Hari Kuningan juga merupakan runtutan dari hari raya Galungan dimana datangnya 10 hari setelah hari raya Galungan. Hari Kuningan merupakan hari Pertahanan/Kekuatan/Hari Pahlawan. Pada hari Kuningan juga seluru umat Hindu melaksanakan persembahyangan di tempat-tempat suci seperti halnya hari raya Galungan. Akan tetapi disarankan pada hari ini Umat melaksanakan persembahyan sebelum matahari condong ke Barat. Dengan kata lain tidak disarankan melaksanakan persembahyan di Sore hari. Sarana upakara yang dipergunakan pada hari Kuningan melambangkan kesemarakan dan kemeriahan terdiri dari berbagai macam jejahitan yang memiliki simbol alat-alat perang diantaranya Tamiyang kolem,Endongan wayang-wayang dan lain sebagainya.

  Budha Kliwon Pegatuakan atau sering kita sebut Bhuda kliwon pahang.

Jatuh pada hari Buda/Rabu Kliwon Wuku Pahang. Pegatuakan memiliki dua suku kata yakni Pegat dan Uwakan yang artinya Pegat=Putus dan Uwakan=Bebas. Jadi arti dari hari Pegatuakan ini adalah Hari kebebasan dari pantangan-pantangan yang berlaku dari mulainya runtutan perayaan Hari raya Galungan dan Kuningan. Seperti diketahui, mulai sejak wuku Sungsang hingga Wuku Pahang terutama Wuku Dungulan hingga Buda Kliwon wuku Pahang,disebut “NGUNCAL BALUNG”. Nguncal=Melempar,membuang,melepas dan Balung=Tulang. Jadi arti kata nguncal balung merupakan dilepaskannya sifat-sifat Kala dari Sanghyang Kala Tiga baik dalam wujud Purusa(Kala Rudra)maupun dalam wujud Pradhana(Dhurga Murti)sehingga kembali dalam keadaan Somia/Tenang.  Pada hari ini juga seluru sarana upakara hari Galungan dan Kuningan di prelina/disaag seperti halnya Penjor dicabut serta hiasannya dibakar dan abunya ditanam dipekarangan rumah.

Demikianlah runtutan dari perayaan Hari Galungan dan Kuningan yang berakhir pada Buda Kliwon Pahang.

Dikutif dari sumber

Comments

Popular posts from this blog

KENAPA PANDITA MPU TAK BOLEH MUNGGAH DI PURA DASAR BHUWANA GELGEL, INI PENJELASAN DARI IDA PANDITA MPU JAYA PREMA ANANDA

Balibangol news,-Sebelumnya di media sosial ramai diperbincangkan mengenai larangan bagi Ida Pandita yang tidak diijinkan untuk muput di Bale Pemiyosan di Pura Dasar Bhuwana Gelgel. Pada saat itu Ida Pandita tidak diijinkan oleh salah seorang pemangku di Pura itu. Kali ini penjelasan mengenai Pura Dasar Bhuwana Gelgel datang dari Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda, hal ini terlihat dari postingan di akun facebooknya yang menulis, ” RAME SOAL SULINGGIH DI PURA DASAR BHUWANA (Postingan di bawah ini sudah diunggah di FB yang normal terpecah jadi 3 postingan mengomentari sebuah video yang mempertanyakan kenapa Pandita Mpu tak boleh munggah di Pura Dasar Bhuwana. Saya jadikan satu di halaman ini, semoga ada manfaatnya. Tujuannya, mari kita tak usah ribut2 soal “ngaturang bhakti”. Kalau ada pendapat lain, silakan, maklum ini kasus sudah sangat lama, mungkin informasi ada berbeda). Pura Dasar Bhuwana awalnya sekali dibangun oleh Mpu Dwijaksara pada tahun Saka 1189 atau tahun 1267 Ma

Aling-aling, Adalah Pembatas Angkul-angkul Dan Pekarangan, Berikut Fungsinya

Aling-aling dengan patung Ganesha Balibangol news, BUDAYA, Kita sering mendengar kata Aling - Aling, namun kita tidak pernah memahami apa sebetulnya makna yang terkandung dalam pembuatannya dan bila mana kita harus membuatnya?. Aling-aling  adalah pembatas antara angkul - angkul dengan pekarangan rumah maupun tempat suci yang berfungsi sebagai penetralisir dari gangguan negatif baik secara sekala maupun niskala. Dahulu di Bali, sebuah aling - aling oleh masyarakat umum, masyarakat biasanya menggunakan kelangsah (daun kelapa kering) atau kelabang mantri sebagai sarana proteksi dari kekuatan negatif dimana sulaman atau ulat-ulatan dari daun kelapa tersebut diletakkan pada aling-aling, namun ada yang menempatkan sebagai penghias aling-aling digunakan sebuah patung yang sebagaimana disebutkan dari kutipan Bale Bengong, patung untuk mempercantik arsitektur Bali. Sebagai pembatas antara angkul - angkul dan pekarangan rumah, biasanya ada yang menggunakan patung Ganesha sebagai si

KETUPAT BALI DAN FUNGSINYA

Membuat Ketupat khas Bali Secara umum ketupat berasal dari janur dan di anyam sampai berbentuk kotak pada kali ini mari kita mengulas sedikit keunikan ketupat di Bali. Mendengar kata Ketupat pasti kalian akan mengingat pasangannya yaitu sate, satenya tu dimana? Hehehe Berbeda dengan daerah lainnya , Bali mempunyai banyak nama Ketupat seperti di antaranya :  TIPAT BEKEL - Bentuknya sama sepeti ketupat pada umumnya yaitu seperti ketupat yang sering di jumpai saat lebaran, di Bali ketupat ini biasanya di pakai pada waktu upacara pernikahan upacara odalan namun tidak mengandung arti begitu penting yah namanya aja ketupat bekel dalam bahasa nasional adalah bekal seperti ( sebungkus nasi), cara membuatnya cukup gampang dengan mengambil smbil sbuah janur kemudian diraut bagian sisinya biar tipis kemudian hilangkan lidinya biarkan masih di bagian pangkal, janur siap untuk di sulap menjadi ketupat TIPAT TALUH - Bentuknya kecil dan mungkin paling kecil di antara ketupat lainnya b