Balibangol news, BUDAYA,-Sebagai masyarakat Bali yang kaya akan tradisi, Seni dan Budaya sudah seharusnya kita selalu mengenang para penggeliat Seni dan Budaya Bali itu sendiri jauh sebelum kita lahir ke dunia ini mereka telah bersusah payah membangun seni dan Budaya yang kita lestarikan sekarang.
Ni Luh Cawan kelahiran Denpasar tahun 1922, adalah tokoh seniman tari Bali yang memiliki kemampuan menggubah tari dan melestarikan seni tari Bali. Ia salah satu tokoh perempuan pragina yang cukup terhormat di Bali. Pragina merupakan sebutan yang disandangkan kepada seorang perempuan ataupun laki-lak yang memiliki kemampuan atau bergelut sebagai seniman tari.
Beberapa tokoh perempuan pragina yang cukup terhormat dan patut disebut di sini adalah Ni Ketut Reneng (1907-1993) dari banjar Kedaton, Kesiman Denpasar. Ni Polok (istri Adrien Jean Le Mayeur de Merpres), Ni Kunang, Ni Ciblun, Ni Made Darni (Denpasar), Ni Ketut Cenik (lahir 1925) dari desa Sukawati-Gianyar, dan Ni Kasning (lahir 1932) dari desa Sawan, Buleleng. Semua perempuan pragina di atas pernah diajar oleh Nyoman Kaler (1892-1969), seorang maestro tari Bali yang menciptakan sejumlah tari kreasi baru.
Pada tahun 1950an kita mengenal Ni Luh Candri dari seka Arja Singapadu, Gianyar. Ditahun 1970an hingga 1990an kita mengenal Ni Ketut Arini, dan N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem, istri seniman I Made Bandem. Dari beberapa tokoh perempuan pragina di atas, paling tidak dapat menyimak beberapa hal, pertama perempuan pragina ternyata memiliki citra yang cukup positif (terhormat) di mata masyarakat seni Bali. Perempuan pragina memiliki ruang kreativitas yang sama dengan laki-laki pragina.
Dengan profesinya sebagai perempuan pragina, kaum perempuan Bali sesungguhnya memiliki kesempatan yang seluas-luasnya mewujudkan citra kepribadian dirinya untuk menjadikan "Luh Luwih" atau perempuan utama.
#sejarah #bali #sejarahbali
Sumber-www.sejarahbali.com foto : kitlv sumber : srinthil.org
No comments:
Post a Comment