Caru yang dalam sejarahnya disebutkan diawali dari terjadinya kekacauan alam semesta yang mengganggu ketentraman hidup sebagai akibat dari godaan-godaan bhuta kala, sehingga Hyang Widhi Wasa menurunkan Hyang Tri Murti untuk membantu manusia agar bisa menetralisir dan selamat dari godaan-godaan para bhuta kala itu sehingga mulailah timbul banten “Caru” sebagaimana disebutkan dalam mitologi caru ini.
Dan dijelaskan pula bahwa, Caru (Mecaru; Pecaruan; Tawur) sebagai upacara yadnya yang bertujuan untuk keharmonisan bhuwana agung (alam semesta) dan bhuwana alit agar menjadi baik, indah, lestari sebagai bagian dari upacara Butha Yadnya, (sumber-sejarahharirayahindu.blogspot.co.id)
Di Langkan Pelaksanaan ngeresigana dilaksanakan pada Rabu(14/10) setelah beberapa hari belakangan ini telah terjadi sedikit kegaduhan di kalangan kerama Banjar, dan atas petunjuk niskala ngeresigana hendaknya segera dilaksanakan, yang di puput Oleh Jero Mangku Ranten atau yang akrab dipanggil Kak Ancut.
Menurut Kak Ancut upacara ini adalah atas petunjuk niskala dan menurutnya upacara ini harus segera di laksanakan karena sebagai suatu proses pembersihan Desa yang sebelumnya telah terjadi sedikit kegaduhan.
"jadi inilah jalan kita sebagai umat Hindu Bali untuk membersihkan alam semesta dengan sebuah upacara ngeresigana " tambah kak.
Upacara dilaksanakan sekitar pukul 11 siang dan baru berakhir jam 3 sore, karena banyaknya prosesi yang harus dilaksanakan, disamping melaksanakan upacara di seputaran Pura Gunung Meraun Br. Langkan kecamatan Bangli juga melaksanakan pecaruan di perempatan agung Br Langkan(wi/bb)
No comments:
Post a Comment