Suka duka dialami mereka selama 15 tahun berjualan di angkringan melayani pembeli yang rata-rata penumpang kereta.
Balibangol news, Jam masih menunjukkan pukul 03.00 pagi. Namun, Sularno dan Sarino, pemilik angkringan di depan Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta, sudah terjaga untuk memulai aktivitas.Kegiatan mereka adalah membuka warung angkringan yang terletak persis di depan stasiun. Sepagi itu mereka membuka angkringannya agar bisa melayani penumpang kereta pagi pertama dari arah Jakarta yang transit atau mengakhiri perjalanan di salah satu stasiun utama Kota Pelajar tersebut.
"Kami memulai aktivitas mulai pukul 03.00 dini hari. Mulai menata dagangan agar nantinya saat kereta pagi pertama tiba, siap melayani penumpang yang turun dalam keadaan lapar," ujar Sarino membuka percakapan yang dikutip dari brilio.net, Rabu (26/8) pagi.
Sarino mengatakan, biasanya para penumpang yang lapar akan mencari makanan ringan yang sudah tersedia di angkringannya. Jika tidak makan, penumpang memesan kopi, teh hangat, atau sejumlah menu minuman lain yang disediakan angkringannya, sembari menunggu matahari muncul.
"Beberapa penumpang suka nongkrong juga di sini, sembari menunggu jemputan atau matahari muncul, sambil minum-minum kopi dan aneka minuman lain," ungkap Sarino.
Ketika subuh berlalu, dan mentari mulai menggeliat, kesibukan warung angkringan yang sudah 15 tahun berdiri di Lempuyangan ini akan makin bertambah.
Penumpang silih berganti mampir, memesan minuman, makan menu andalan yang ada yakni nasi kucing dengan lauk gorengan, bacem tempe dan tahu, dan aneka macam sate. "Baru datang dari Jakarta, mampir dulu di sini. Menunya enak dan murah," kata Dewi salah satu penumpang kereta yang kebetulan tengah menikmati menu sarapan nasi kucing.
Sularno mengungkap, warungnya akan tutup pada malam harinya, sekitar pukul 19.00. "Jam tujuh malam angkringan tutup. Kami istirahat untuk memulai lagi aktivitas esok mulai jam 3 pagi, begitu terus," tuturnya.
Suka duka dialami mereka selama 15 tahun berjualan di angkringan melayani pembeli yang rata-rata penumpang kereta. "Sebelum ada pembenahan dari PT KAI, kami merasa lebih bebas berjualan karena gerobak bisa masuk dekat area stasiun. Sekarang, kami harus menaati aturan. Alhamdulillah, besar atau kecil pendapatan selalu kita syukuri," ungkap Sularno.
No comments:
Post a Comment