Oleh : Yeni Herliani
Balibangol news,-Berangkat dari rasa penasaran dan kepedulian tentang mengapa jalan protokol di berbagai ibukota provinsi tersemat nama Jenderal Soedirman tetapi orang-orang muda boleh dikatakan tidak tahu tentang siapa sang Jenderal ini, Viva Westi melakukan riset dan berniat untuk memfilmkan sang tokoh.
Film Jenderal Soedirman diputar pertama kali untuk awak media di Epicentrum XXI, Rasuna Said, Kuningan, Senin, 24 Agustus 2015. Perjalanan pembuatan film ini dimulai dengan riset mendalam selama setahun melalui berbagai sumber sejarah yang ada, serta wawancara dengan para nara sumber, baik pelaku sejarah maupun para ahli. Bukan perjalanan yang mudah untuk meyakinkan seseorang agar mau menggelontorkan dana untuk film yang mengangkat mengenai perang gerilya Jenderal Soedirman selama 7 (tujuh) bulan. Sampai kemudian, Westi bertemu dengan Letnan Jenderal Purnawirawan Kiki Syahnakri yang menyambut ide ini dengan antusias.
Sebagai pengangum Jenderal Soedirman, Pak Kiki memiliki visi yang sama bahwa ketokohan Jenderal Soedirman yang sederhana, jujur, penuh integritas dan sangat mencintai tumpah darah Indonesia ini perlu diperkenalkan kembali kepada kaum muda melalui medium film agar kaum muda bisa belajar dari keteladanan sang Jenderal.
“Pak Dirman adalah panglima besar Tentara Nasional Indonesia yang pertama, dimana terpilihnya beliau dilakukan lewat demokrasi. Beliau juga orang yang dengan sepenuh jiwa mendukung kemerdekaan 100%, lepas dari segala bentuk penjajahan apapun. Dan hal yang dicatat sejarah namun banyak tidak diketahui adalah; tanpa perang gerilya yang dilakukan oleh Pak Dirman, mungkin kemerdekaan Indonesia tidak akan pernah seperti sekarang, karena pada waktu itu semua pemimpin Indonesia telah ditangkap Belanda”, jelas Westi selaku sutradara film ini.
“Hanya perang gerilya yang dipimpin oleh Jenderal Soedirman-lah yang masih berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada dan masih melawan,” sambung Westi.
Mengisahkan 7 (tujuh) bulan perang gerilya dimana Jenderal Soedirman menempuh 1000 (seribu) kilometer dalam keadaan sakit dengan hanya satu paru-paru yang tersisa, film JENDERAL SOEDIRMAN ini adalah produksi bersama Markas Besar Angkatan Darat, Yayasan Kartika Eka Paksi, Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat, dan Padma Pictures.
“Ini adalah film perdana Padma Pictures dan kami sangat berterima kasih bisa bekerjasama dengan berbagai institusi yang ada berdasarkan keyakinan dan visi misi yang sama untuk mempersembahkan film JENDERAL SOEDIRMAN ini sebagai kado 70 (tujuh puluh) tahun kemerdekaan Indonesia”, ujar Kiki selaku produser eksekutif.
“Kami berharap film ini dapat ditonton oleh berbagai kalangan, baik tentara maupun sipil karena melalui film ini kita akan banyak terinspirasi dan belajar seperti yang dicontohkan Pak Dirman, untuk menjadi manusia Indonesia yang lebih mencintai lagi tanah air dan rakyatnya,” lanjut Kiki.
Film JENDERAL SOEDIRMAN ini disuguhkan kepada penonton dengan alur yang mudah dimengerti, dimana penonton bisa menikmati cerita dan aksi perangnya.
“Kami memang tidak ingin membuat film yan berat, meskipun tema sejarah menjadi sangat penting. Justru untuk mendekatkan tokoh dan sejarah kepada orang - orang muda dan khalayak luas, unsur entertaining menjadi faktor penting,” ujar Westi.
Akting piawai para pemain muda di film ini seperti Adipati Dolken (Soedirman), Ibnu Jamil (Tjokropranolo), Baim Wong (Soekarno), Nugie (Hatta), juga para senior seperti Mathias Muchus (Tan Malaka), Landung Simatupang (Gatot Soebroto), Lukman Sardi (Jusuf Ronodipuro), dan sederetan pemain baru lainnya sebagai anggota pasukan Jenderal Soedirman seperti Anto Galon (Dr. Suwondo), Gogot Suryanto (Karsani), Surawan Prihatnolo K.A (Supardjo Roestam), Angga Riyadi (Aceng), dan lain-lainnya menjadi ensemble cast ciamik yang menjalin ketegangan, keseriusan, dengan bumbu kelucuan.
Syuting berlangsung selama 45 (empat puluh lima) hari yang mengambil lokasi pengambilan gambar di Jawa Tengah, Yogya, Bandung, Batujajar, dan Situ Lembang. Proses pengambilan gambar melibatkan 200 kru dan personil Angkatan Darat yang membantu dengan persenjataan, adegan ledakan, bahkan sebagai aktor-aktor prajurit dalam film.
Paska produksi film ini selain dilakukan di Indonesia, juga dilakukan di Australia (untuk melengkapi desain suara) dan Bangkok. Film JENDERAL SOEDIRMAN akan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai Kamis, 27 Agustus 2015.
SINOPSIS
Belanda menyatakan secara sepihak sudah tidak terikat dengan perjanjian Renville, sekaligus menyatakan penghentian gencatan senjata. Pada tanggal 19 Desember 1948, Jenderal Simons Spoor Panglima Tentara Belanda memimpin Agresi militer ke II menyerang Yogyakarta yang saat itu menjadi ibukota Republik.
Soekarno-Hatta ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka. Jenderal Soedirman yang sedang didera sakit berat melakukan perjalanan ke arah selatan dan memimpin perang gerilya selama tujuh bulan.
Belanda menyatakan Indonesia sudah tidak ada. Dari kedalaman hutan, Jenderal Soedirman menyiarkan bahwa Republik Indonesia masih ada, kokoh berdiri bersama Tentara Nasionalnya yang kuat.
Soedirman membuat Jawa menjadi medan perang gerilya yang luas, membuat Belanda kehabisan logistik dan waktu. Kemanunggalan TNI dan rakyat lah yang akhirya memenangkan perang. Dengan ditanda tangani Perjanjian Roem-Royen, Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan RI seutuhnya.
Informasi lebih lanjut
www.filmjenderalsoedirman.com
No comments:
Post a Comment