Balibangol news,-DENPASAR,– Puluhan pelajar sekolah dasar mengikuti lomba ngelilit sate pada hari ketiga Sanur Village Festival (SVF) 2015, Jumat (28/8) untuk mengasah keterampilan dan melestarikan budaya kuliner Bali.
Ida Bagus Made Parwata, panitia lomba yang juga juri mengatakan tradisi lilit sate yang merupakan bagian penting dari masakan Bali telah berkembang sejak Abad Ke-8. “Generasi muda perlu tahu budaya leluhurnya dan edukasi melalui lomba ini merupakan bagian dari upaya pelestarian warisan budaya tersebut,” kata Parwata, Jumat (28/8/2015).
Para siswa peserta lomba ini tampak antusias mengerjakan tahap demi tahap ‘ngelilit’ sate. Setiap kelompok terdiri 3 orang yang masing-masing mengerjakan proses melilitkan bahan yakni ikan laut yang telah diolah dan diberi bumbu. Setelah menempelkan bahan dengan tekanan -tekanan yang cukup ke batang katik, sate lilit itu dipanggang di atas bara arang.
Menurut Chef Nyoman Tedun, salah satu juri, sate lilit pada mulanya digunakan sebagai salah satu sesaji dalam upacara agama Hindu. Setidaknya ada 13 macam sate yang masing-masing bentuknya mewakili simbol senjata para dewa.
Dia menyebut di antaranya sate lilit, sate empol, sate asem, sate kaplet, sate urub, sate kuung dan sate japit yang masing-masing memiliki kegunaan dan filosofi. Berbagai bentuk sate itu bias terbuat dari aneka bahan seperti ikan, daging ternak berkaki dua dan empat. Sate dengan bahan daging hewan berkaki empat, misalnya, untuk upacara mecaru atau persembahan bagi buthakala. Sedangkan untuk parahyangan menggunakan binatang suci yakni itik.
Kata dia dalam lomba ini yang dinilai adalah kekompakan tim, ketepatan waktu, proporsi, kematangan dan penyajian. Selain itu juga dipertimbangkan soal kebersihan dan kerapian selama proses melilit, memanggang, dan saat menyajikannya.
Dalam keseharian di tengah masyarakat Bali, ‘ngelilit’ sate biasa dilakukan saat ngayah dalam berbagai kegiatan upacara maupun aktivitas warga. Dalam perkembangannya kemudian beberapa jenis sate juga dikonsumsi sebagai lauk untuk makan.
Ketua Panitia SVF Ida Bagus Sidharta Putra mengatakan lomba menyasar siswa sekolah dasar dengan harapan bisa belajar dan termotivasi meningkatkan keterampilan. “Merekalah yang kelak melanjutkan tradisi kuliner baik untuk upacara adat maupun dikonsumsi yang sangat diminati wisatawan dari mancanegara,” kata Sidharta yang akrab disapa Gusde ini.
Gusde berpesan meskipun kini aneka masakan internasional banyak dijumpai di Bali, kecintaan terhadap kuliner tradisional harus tetap dilestarikan. Tak perlu minder menghadapi serbuan makanan asing. Kuliner Bali juga banyak dicari dan para juru masak dari mampu memadukan dengan cita rasa internasional sehingga kuliner tradisi ini bisa diterima masyarakat dari mancanegara.
Selain kegiatan utama setiap hari seperti Bali Food Festival, Sanur Kreatif Expo, music and culture show, kegiatan SVF Jumat kemarin juga diisi penanaman terumbu karang, fun beach games, yoga, dan lomba layang-layang.
Hari keempat SVF, Sabtu (29/8) bakal menyajikan lomba mewarnai, layang-layang tradisional, mengukir buah, fun beach games, dan body painting. Sedangkan di panggung utama diisi. Sundown Blkues The Krishna, Dialog Dinihari, Endah n Rezha, Mike Mohede a Trubute to Bob Marley. Sekain itu ada fashion show Shinta Chrisna dan sendratari kolosal sajian Desa Sanur Kaja.
No comments:
Post a Comment