Denpasar,- Kaitan antara budaya tajen dengan perjudian dibahas khusus dalam seminar “Menggali Potensi Tajen Sebagai Atraksi Wisata Budaya Bali Menuju Realisasi Perda Tajen”, Jum’at, 12 Juni 2015.
Menurut Kapolda Bali Irjen Ronny F Sompie, masalah tajen sering dikaitkan dengan adat tabuh rah. Padahal ada kemungkinan praktek perjudian didalamnya. “Kami tetap tidak menerima segala bentuk perjudian. Karena tajen selalu dikaitkan sebagai budaya tabuh rah, hal ini jadi membias,” ujarnya seusai diskusi.
Kapolda juga memberikan arahan serta menyakinkan kepada setiap anggotanya untuk membubarkan judi tajen. Pasalnya, para bebotoh (penggemar judi tajen) selalu berdalih sedang digelar upacara adat tabuh rah. “Seharusnya itu, masyarakat sudah paham dan bisa bedakan mana yang patut dan mana yang tak patut. Agar tidak setiap pelaksanaan tabuh rah, selalu ditunggangi oleh oknum judi,” ucapnya.
Demikian juga dengan Ketua DPRD Bali Nyoman Adi Wiratama. Dari sudut pandangnya, tajen memiliki 2 sisi. Pertama, judi tajen cenderung menyengsarakan. Namun tak menutup kemungkinan, setiap ada tajen, masyarakat kecil didesa bisa menggantungkan perekonomiannya.
Selain itu, imbas tajen juga sampai ke desa yakni sumbangan yang diberikan oleh pihak penyelenggara.”Parkir misalnya, belum lagi masyarakat yang berjualan disana. Bahkan orang yang tak punya pekerjaan, bisa ikut merasakan. Hanya dengan diupahi untuk megang ayam dan cabut bulu ayam,” jelasnya.
“Tajen bisa memiskinkan bagi pelaku tetapi juga menghidupkan perekonomian Wong cilik. Agar tidak jadi polemik antara adat dan judi, bila diajukan tentu akan dibahas untuk bisa diperdakan,” pungkasnya.
sumber
No comments:
Post a Comment