1 September 2015

POTRET KEMISKINAN, HIDUP HANYA DENGAN JUAL TANGKIH DAN URUS ANAK GANGGUAN JIWA



Balibangol news, BANGLI- Warga miskin di Banjar Tegalsuci, Kubu, Bangli bernama I Wayan Janji (70) kian memprihatinkan. Dia hanya punya anak perempuan dari pernikahannya dengan Ni Nyoman Geria. Janji kini menderita sakit menahun (rematik).
Ia tak bisa banyak mendapatkan bantuan dari anaknya, karena anaknya sudah menikah. Yang belum menikah hanya Ni Nengah Suaten (30), tetapi menderita gangguan jiwa berat, sehingga justru menjadi beban keluarga.
Sehari-hari pasangan suami istri ini hanya didampingi Suaten. Dia menafkahi keluarga dari hasil membuat tangkih. Dalam tiga hari, hanya menghasilkan tangkih sekampil dengan harga Rp. 10.000. Itupun belum jamin kontinu, karena kalau lagi kumat gangguan jiwa, dia tentu tak ngulat tangkih, bahkan terkadang mengamuk.
Syukur ada anaknya Ni Wiyani yang menikah di dekat itu. Ia terpaksa berusaha menyisihkan waktunya untuk mengurus keluarga. “Tiang terpaksa berusaha meriki, membantu dan mendampingi orang tua dan keluarga”, ujarnya dengan deraian air mata mengenang kondisi keluarganya.
Yang bersangkutan selama ini hidup dibawah garis kemiskinan. Kondisi itu bertambah parah, ketika Janji sejak setahun lalu diserang penyakit reumatik sehingga dia tidak bisa bekerja. Tanah yang ada di atas bangunan miliknya merupakan tanah meminjam dari keponakan.
Menurut Ni Nyoman Geria, bangunan yang ada saat ini adalah hasil dari kumpulan uang anak perempuannya sebelum menikah. Bangunan di bagian utara (Bale Daja) sudah hancur, bahkan yang kelihatan hanya sisa-sisa bangunan.
Semenjak Janji sakit, otomatis yang menjadi tumpuan tulang punggung keluarga adalah sitrinya Ni Nyoman Geria (70) bersama salah seorang anaknya  Ni Nengah Suaten. Penghasilan dari memuat tangkih juga tidak menentu.
Sementara bantuan raskin yang bisa meringankan beban keluarga ini datangnya juga tidak menentu. Dalam kondisi memprihatinkan justru mereka mengaku amat jarang mendapatkan bantuan beras miskin. “Bantuan beras miskin ten karuan-karuan tekanne pak, kadang 3 bulanan datang, kadang enam bulanan”, ujar Wiyani, anaknya yang sudah menikah.
Untuk mengunjungi rumah Wayan Janji, Koran ini harus melewati jalan setapak hingga ratusan meter. Pasalnya, rumah Janji berada di sebuah tegalan yang jauh dari jalan umum di bilangan Lingkungan Tegal Suci, Keluarahan Kubu, Bangli. Rumah  Janji  memang telah terbuat dari batako dan beratap genteng.
Namun usia rumahnya telah cukup tua sehingga tidak lagi layak huni. Malahan rumah (bale dauh) yang ditempati kini plafonnya hampir jebol. Di samping itu keluarga ini juga tidak memiliki WC.  “Rumah ini memang telah tua, kami tidak mempunyai biaya untuk melakukan perehaban,” jelas Ni Nyoman Geria.
Geria berharap mendapatkan perhatian dari pemerintah, terutama terkait suaminya yang sakit menahun. Selama ini memang sempat berobat ke dokter, namun tidak ada perubahan. “Semoga ada yang memperhatikan kami,” tutupnya.

sumber

No comments:

Post a Comment

Mecingklak, Permainan Anak SD Tahun 90an Yang Habis Dimakan Jaman

Foto mecingklak Balibangolnews,- Mecingklak merupakan sebuah permainan menggunakan batu krikil yang dilakukan oleh satu orang atau le...