BANGLI-Hampir setiap tahun pada peringatan HUT kota Bangli selalu ada pertunjukan Barong Ngunying yang pada pementasan kali ini (13/05/15) adalah dari Desa Pekraman Srokadan Bangli setelah sebelumnya juga dipentaskan pertunjukan yang sama yaitu dari Desa pekraman Bebalang dua hari sebelumnya.
Sejak sore hari masyarakat sekitar kota Bangli telah berkumpul di pinggir jalan tepat di depan kantor Bupati Bangli mereka menunggu saat rauhnya(datang) Ida Betara DUE RATU TAMENG DALEM MESI Desa pekraman serokadan yang akan mementaskan tarian ngunying pada kesempatan malam itu.
Barong ngunying adalah suatu pertunjukan antara unsur seni dan magis, pasalnya dalam pertunjukan ini biasanya yang paling penonton tunggu dan menjadi hal yang sangat menegangkan ketika para pelaku ngunying ini menusukan keris ke arah tubuhnya dan itu dilakukan dengan bersungguh-sungguh sampai ada yang kerisnya bengkok, tapi tenang saja mereka tidak bakalan luka karena mereka masih dalam situasi kesurupan atau di bawah sadar.
Sementara itu ada juga yang memakan anak ayam seperti apa yang dituturkan oleh salah seorang tokoh dari Desa Bebalang Bangli ini dikutip dari sumbernya Menurut Gusti Mangku Ketut Punia, ngunying biasa dilakukan pada saat-saat tertentu seperti piodalan di sebuah pura penyungsung barong, atau bertepatan dengan hari raya Galungan-Kuningan. Ngunying bagi masyarakat Bangli indentik dengan kerauhan (kesurupan) dan orang yang kerauhan biasanya memakan anak ayam (pitik). Tidak hanya darahnya tetapi hingga ke bulu-bulunya ikut dilahap. Bahkan yang kerauhan bisa memakan hingga sepuluh ekor anak ayam tanpa tersisa sedikit pun.
Mereka yang ngunying, keesokan harinya tidak akan merasakan apa-apa dan kembali seperti keadaan sebelumya. Juga, jangan berharap bisa melihat anak ayam yang dimakan sampai ke bulu-bulunya pada hari sebelumnya di dalam kotoran orang yang kerauhan tersebut. Hal itu merupakan sebuah keanehan yang kerap terjadi bagi mereka yang kesurupan. ''Saya dulu dua kali pernah mengalami kejadian serupa. Saat ngunying bila tidak diberikan anak ayam, akan muncul perasaan marah yang meletup-letup. Namun begitu diberikan anak ayam muncul perasaan senang yang luar biasa.
Walaupun mengetahui itu adalah anak ayam yang masih mentah, bagi orang yang kesurupan akan sangat senang untuk memakannya. Terutama darah ayam tersebut dirasakan sangat manis. Sementara saat memakan perut (usus) ayam, dirasakan bagaikan memakan mi instan. Saya saat kesurupan benar-benar tidak merasakan apa-apa. Begitu upacara ngunying akan berakhir biasanya orang yang kerauhan akan diberikan sebotol arak. Ketika diberikan arak maka semua persoalan menyangkut ngunying akan terlupakan, dan sadar kembali setelah diberikan tirta dan dupa,'' tutur I Gusti Mangku Ketut Punia.
Nah itulah beberapa penjelasannya, Karena di Lingkungan kota Bangli sendiri banyak kesenian ini , maka tak heran bila setiap tahun dalam gelaran HUT kota Bangli pasti selalu di adakan kesenin BARONG NGUNYING , menurut salah satu penonton Gusti Kompiang (32) mengungkapkan "ini bisa menjadi salah satu bentuk pelestarian budaya yang terbalut dalam keagamaan untuk bisa terus lestari sepanjang jaman supaya nantinya anak cucu kita tidak hanya bisa mendengarkan cerita-ceritanya saja" (wi/bb)
Sejak sore hari masyarakat sekitar kota Bangli telah berkumpul di pinggir jalan tepat di depan kantor Bupati Bangli mereka menunggu saat rauhnya(datang) Ida Betara DUE RATU TAMENG DALEM MESI Desa pekraman serokadan yang akan mementaskan tarian ngunying pada kesempatan malam itu.
Barong ngunying adalah suatu pertunjukan antara unsur seni dan magis, pasalnya dalam pertunjukan ini biasanya yang paling penonton tunggu dan menjadi hal yang sangat menegangkan ketika para pelaku ngunying ini menusukan keris ke arah tubuhnya dan itu dilakukan dengan bersungguh-sungguh sampai ada yang kerisnya bengkok, tapi tenang saja mereka tidak bakalan luka karena mereka masih dalam situasi kesurupan atau di bawah sadar.
Sementara itu ada juga yang memakan anak ayam seperti apa yang dituturkan oleh salah seorang tokoh dari Desa Bebalang Bangli ini dikutip dari sumbernya Menurut Gusti Mangku Ketut Punia, ngunying biasa dilakukan pada saat-saat tertentu seperti piodalan di sebuah pura penyungsung barong, atau bertepatan dengan hari raya Galungan-Kuningan. Ngunying bagi masyarakat Bangli indentik dengan kerauhan (kesurupan) dan orang yang kerauhan biasanya memakan anak ayam (pitik). Tidak hanya darahnya tetapi hingga ke bulu-bulunya ikut dilahap. Bahkan yang kerauhan bisa memakan hingga sepuluh ekor anak ayam tanpa tersisa sedikit pun.
Mereka yang ngunying, keesokan harinya tidak akan merasakan apa-apa dan kembali seperti keadaan sebelumya. Juga, jangan berharap bisa melihat anak ayam yang dimakan sampai ke bulu-bulunya pada hari sebelumnya di dalam kotoran orang yang kerauhan tersebut. Hal itu merupakan sebuah keanehan yang kerap terjadi bagi mereka yang kesurupan. ''Saya dulu dua kali pernah mengalami kejadian serupa. Saat ngunying bila tidak diberikan anak ayam, akan muncul perasaan marah yang meletup-letup. Namun begitu diberikan anak ayam muncul perasaan senang yang luar biasa.
Walaupun mengetahui itu adalah anak ayam yang masih mentah, bagi orang yang kesurupan akan sangat senang untuk memakannya. Terutama darah ayam tersebut dirasakan sangat manis. Sementara saat memakan perut (usus) ayam, dirasakan bagaikan memakan mi instan. Saya saat kesurupan benar-benar tidak merasakan apa-apa. Begitu upacara ngunying akan berakhir biasanya orang yang kerauhan akan diberikan sebotol arak. Ketika diberikan arak maka semua persoalan menyangkut ngunying akan terlupakan, dan sadar kembali setelah diberikan tirta dan dupa,'' tutur I Gusti Mangku Ketut Punia.
Nah itulah beberapa penjelasannya, Karena di Lingkungan kota Bangli sendiri banyak kesenian ini , maka tak heran bila setiap tahun dalam gelaran HUT kota Bangli pasti selalu di adakan kesenin BARONG NGUNYING , menurut salah satu penonton Gusti Kompiang (32) mengungkapkan "ini bisa menjadi salah satu bentuk pelestarian budaya yang terbalut dalam keagamaan untuk bisa terus lestari sepanjang jaman supaya nantinya anak cucu kita tidak hanya bisa mendengarkan cerita-ceritanya saja" (wi/bb)
No comments:
Post a Comment