Menurut penuturan Komang pria yang berasal dari Br. Blumbang Bangli ini, dirinya merasa perihatin dengan pola cara budidaya pertanian yang tidak memperhatikan pakem konservasi tanah untuk tanah topografi di pegunungan dengan kemiringan sekian drajat tetap harus membuat teras bangku bukan malah menghilangkan pundukan dengan harapan lebih banyak bisa ditanami tanaman, dengan menggunakan alat berat dengan mengeruk tanah dan tanpa memberikan skat yg dalam istilahnya "pundukan' disamping itu dia juga mengatakan penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan akan sangat merusak tanah yang berdampak kepada lingkungan, pria yang kesehariannya sibuk dengan kegiatan lingkungan sebagai pemerhati lingkungan ini saat di temui di tepi danau batur tepatnya di desa Kedisan Kintamani pada minggu(3/5/15)mengungkapkan keperihatinannya juga kepada danau batur yang sudah mulai di penuhi dengan enceng gondok ''beberapa kali sudah saya bersihkan dengan kawan kawan tapi karena terlalu banyak kami juga kewalahan'' jelasnya.
Butuh tindakan yang nyata dari pihak - pihak terkait untuk segera bisa mengatasi masalah lingkungan seperti pembersihan danau batur yang bukan hanya di padati oleh enceng gondok sampah plastik pun masih menjadi pemandangan yang klasik di sekitarnya kesadaran masyarakat di sekitar lah yang paling penting untuk menjaga alamnya agar kelak bisa kita wariskan kepada anak cucu kita dalam keadaan baik dan indah seperti pada saat kita terima dari pendahulu kita.
No comments:
Post a Comment