6 September 2015

Kisah Peter Yan, Sopir Taksi Lulusan Jerman yang 'Nyambi' Sebagai Dosen


Balibangol news' JAKARTA,- Dalam sepekan terakhir, media sosial dihebohkan dengan keberadaan sopir taksi unik di Jakarta bernama Peter Yan. Pasalnya sopir taksi Eagle, Express Group ini, ternyata lulusan Jerman dan sesekali mengajar S2 sebagai dosen tamu di salah satu universitas swasta di Jakarta.

Di tengah maraknya isu jual beli ijazah palsu untuk mengejar jabatan, Peter punya kisah yang tidak mudah untuk mendapatkan gelar Dipl.Ing. di Jerman. Ijazah tersebut tak semata-mata digunakan untuk mencari kerja atau mengejar posisi tinggi, namun ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Profesi utamanya sebagai sopir taksi, namun kerja sampingannya sebagai dosen.

Adalah pemilik akun facebook Aji Prasetyo yang menyebarkan informasi tersebut. Hal ini bermula dari keheranan Aji saat mendengar sopir taksi yang ditumpanginya itu, menerima telepon dan bercakap-cakap dengan Bahasa Jerman yang cukup fasih. Rupanya pria yang bernama Peter Yan tersebut memang mengenyam pendidikan di Jerman.
Coba menelusuri keberadaan Peter dan akhirnya bertemu di kantor taksi Express Group. Kala itu Peter telah selesai menunaikan tugasnya mencari penumpang dan hendak kembali ke pool.

"Saya memang kuliah di Technische Hochschule Darmstadt, Jerman, bidang civil engineering. Lulus tahun 1977," ujar Peter yang masih mengenakan seragam kerjanya warna biru di kantor Express Group, Jl Sukarjo Wiryopranoto nomor 11, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Jumat (22/5/2015).

Peter mengaku menyelesaikan kuliahnya di Jerman selama 10 tahun yaitu sejak tahun 1977-1987. Sebab kala itu ia kesulitan memenuhi kebutuhan hidup

"Kuliah di sana gratis. Tapi saya sambil kerja. Cari duit untuk biaya hidup di sana. Jadi lama kuliah saya," kata Peter sambil terkekeh.

Pria asal Kupang, Nusa Tenggara Timur ini mengaku pernah melakoni berbagai macam pekerjaan. Mulai dari menjual koran hingga menjadi asisten dosen di Jerman pernah dijalaninya.

Di sana ia juga sempat berkeluarga. Peter menikah dengan seorang WNI yang juga kuliah di Jerman dan melahirkan putri mereka di sana. Pria bergelar Dipl-Ing ini kemudian kembali ke Indonesia setahun setelah lulus kuliah, yaitu tahun 1988.

Di Indonesia, Peter mempraktikkan ilmu yang didapatnya di Jerman dengan membuat berbagai desain tata kota. Tak sedikit karya Peter yang menurutnya dijadikan referensi oleh beberapa pemerintah daerah di Indonesia.

"Tahun 1991 saya dan 2 teman saya sudah bikin desain busway persis seperti yang digunakan saat ini," kata pria yang telah 6 bulan menjadi sopir taksi ini.

Namun menurut Peter, Pemprov DKI Jakarta kala itu belum berminat menggunakan desain yang diajukannya. Ia juga mengaku turut membuat desain sejumlah jalan layang di Jakarta.

Selain itu Peter juga membuat desain untuk pembangunan ribuan rumah pasca gempa yang mengguncang Aceh 2004 lalu. Ia juga mengajar di kampus swasta ternama di Jakarta, Universitas Tarumanegara untuk program Pasca Sarjana.

"Saya dosen tamu saja di sana (Untar). Ngajar mata kuliah Water and Transportation," ujar pria yang berusia 58 tahun ini.

Meskipun dosen tamu, Peter tampak cukup aktif di Untar. Dalam website resmi Untar, [url=http://www.untar.ac.id,]www.untar.ac.id,[/url] diceritakan bahwa Peter pernah menjadi panelis dalam diskusi panel bertajuk 'Jakarta Urban Movement (Flow-Behavior-Network)'. Peter memberikan pemaparan dengan judul 'Bergerak dalam Kemacetan Jakarta'.

No comments:

Post a Comment

Mecingklak, Permainan Anak SD Tahun 90an Yang Habis Dimakan Jaman

Foto mecingklak Balibangolnews,- Mecingklak merupakan sebuah permainan menggunakan batu krikil yang dilakukan oleh satu orang atau le...